JELANG penyelenggaraan Kongres Partai Amanat Nasional (PAN) yang akan berlangsung di Sulawesi Tenggara, Februari mendatang, cibiran dan hujatan berdatangan ke calon ketua Umum Petahana Zulkifli Hasan.
Bagi warga PAN yang tidak tahu atau belum tahu pikiran Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan tentang perjuangan politik, moralitas, dan nilai manfaat bagi umat, bangsa, dan negara, tentu akan menulis dengan nyinyir.
Mengecilkan Bang Zul sapaan khas Zulkifli Hasan, lalu ujung-ujungnya menulis dengan bahasa negatif (sudah menjadi kebiasaan do’i hihihi).
Kalau tidak tahu atau belum tahu, dapat saya pandu: klik mbah Google. Akan banyak narasi dan pemikiran Bang Zul tentang politik dan value demokrasi di Youtube dan sosmed lainnya. Tapi karena bertujuan untuk mendelegitimasi Bang Zul dan menaikkan calon yang didukung, junjungannya, yang dibangun kemudian adalah narasi fitnah ke Bang Zul. Lalu, dikaitkan dengan yel-yel dukungan ke Bang Zul.
Ini namanya hati iri dan syirik tanda tak mampu, hihi. Mengulas tentang pemikiran, eh disimplifikasi ke yel-yel dukungan ke Bang Zul untuk lanZHutkan sebagai ketua umum. Ini namanya alasan yang mengada-ada. Kurang cerdas ah.
Kan saudaraku juga membikin yel-yel perjuangan. Cuma bedanya, yang hadir sedikit. Kenapa kok cuma sedikit ? Ya tanyalah pada diri sendiri. Jangan tanya kepada rumput yang bergoyang, karena pasti tak menemukan jawaban.
Bukalah Youtube atau sosmed lainnya. Lacak pemikiran kandidat ketum PAN 2020. Bandingkan. Catat isi dan substansi pemikiran. Jejak digital tak pernah bohong. Itu namanya obyektif dan bubur kacang ijo alias jujur dalam penilaian.
Para warga PAN akan tahu perbedaannya melalui fakta digital yang tidak terbantahkan.
Hidup sebagai politisi itu adalah hidup dalam dunia perjuangan. Dinamis. Keras. Disorot lampu kamera. Di-bully oleh buzzer. Bertarung ide dan gagasan secara terbuka di publik. Siap dicaci maki. Dikritik dan dibantai. Makanya bagi politisi seperti itu akan tampak jejak digitalnya.
Ada logika lucu untuk menyanjung sang pujaan hati. Hidup sebagai politisi dengan menempuh jalan sunyi.
Woooi banguuun ngopi.
Bagaimana dia bisa ber parlee (bicara) tentang ide, gagasan, dan memperjuangkan aspirasi rakyat kalau hanya diam seribu bahasa? Ketika dilacak di mbah Google, kita tak tahu apa isi pikirannya. Bisu. Kosong substansi. Miskin gagasan. Mulut terkatup rapat.
Lalu, dibangun narasi mengapa menempuh jalan sunyi adalah untuk memberi kesempatan berkiprah dan tampilnya kader partai lainnya. Sok mulia banget. Ini sungguh argumentasi kocak tapi menyebalkan. Memangnya seberapa besar kekuatanmu mengendalikan media, baik cetak, elektronik, online, maupun sosmed, kok seakan-akan memberi kesempatan ke kader partai lain, hihi.
Atau saya berkesimpulan mungkin tidak laku di jual ke media yang kredibel sehingga tidak bisa ditelusuri pemikirannya tentang politik negara, nilai martabat dan moralitas dalam berpolitik, dan lainnya.
Soal Ideologi Partai, Platform, dan Program Kerja Teknis
Bicara soal corak ideologi partai, memangnya apakah dirimu sudah faham, mengerti, dan mendalami apa sebenarnya ideologi PAN itu. Penjelasan tentang persepsi dan pengertian corak ideologi partai menurut Anda seperti apa, belum dijelaskan secara umum dan singkat. Saya tunggu ya tulisanmu soal ideologi PAN, wahai kau yang selalu mendelegitimasi Bang Zul. Hihi. Saat ini saya tidak akan mengulas terlalu dalam soal ideologi partai.
Dalam kehidupan partai politik, persoalan ideologi partai, platform, dan program teknis partai itu tidak dapat dipisahkan. Sudah menjadi satu kesatuan, tidak boleh ditarik secara parsial. Program partai yang bersumber dari platform dan ideologi partai harus dilaksanakan secara operasional teknis. Bersifat praksis. Berupa program kerja di lapangan.
Jika konstruksi logika dan pemikiran kita seperti itu, maka perencanaan program operasional partai akan dapat berjalan efektif. Apalagi ditambah dengan ilmu marketing yang diterapkan ke dalam dunia politik. Tentu akan dikaitkan dengan brand awereness, top of mind, brand recall, atau brand recognition.
Bicara tentang brand awereness partai, tentu dikaitkan dengan strategi perjuangan politik partai, kapasitas, leadership, dan kemampuan managerial ketum.
Di sini persoalannya. Bang Zul tidak bebas menjalankan strategi. Selalu terkendala oleh faktor internal. Public space ketum acap kali terdegradasi karena faktor internal. Selalu terhempas oleh kekuatan lain dari dalam. Lalu kemudian, muncul framing negatif ditempelkan ke Bang Zul sikap inkonsistensi, powerless, tidak tercipta bangunan top of mind partai secara efektif, dan lainnya.
Kita mesti jujur melihat rumah kita sendiri. Bagaimana suasana yang terbangun, bagaimana peran dan tugas masing-masing anggota rumah. Apakah telah berjalan dengan baik, atau ada yang tumpang tindih.
Tapi sudahlah. Itu kejadian yang harus kita lalui. Tanpa menyalahkan siapapun. Toh Bang Zul bertanggungjawab lahir batin atas semua persoalan partai.
Mengambil alih kesalahan karena perbuatan orang lain. Itu sikap yang baik sebagai seorang pemimpin. Tidak heran, sampai sekarang 30 DPW (bahkan lebih) masih meminta Bang Zul untuk maju kembali sebagai ketua umum PAN 2020-2025.
Semoga Allah, Tuhan Yang Maha Esa, selalu melindungi kita semua. Menjaga hati agar tidak ternodai. Menjauhkan ucapan dari ujaran iri dan kebencian.
Oleh Kader PAN, Tun A