KedaiPena.com – Pengalaman 10 tahun dalam memberikan dukungan, membentuk sikap Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan yang menerima pilihan seseorang atau lembaga, bukanlah alasan untuk tidak memiliki hubungan baik. Dan, ia semakin menyadari bahwa yang dibutuhkan oleh Indonesia saat ini adalah transformasi perjuangan politik, dari jualan isu ke jualan pemikiran.
Ia juga menyatakan pilihan yang berbeda dalam demokrasi bukan lah yang salah dan tak perlu dijadikan jurang pemisah.
“Pilihan berbeda itu biasa saja, menurut saya. Saya hadir di acara ini, tak memandang pilihannya. Kita semua teman. Itu merupakan pengalaman panjang dan kita tak perlu berkelahi juga. Masyarakat sudah lelah dengan pertentangan,” kata Zulhas dalam acara yang digelar oleh Ustadz Haikal Hassan, ditulis Kamis (27/10/2022).
Ia juga menyampaikan memberikan dukungan pada siapa pun boleh-boleh saja.
“Besok mungkin akan terjadi, kandidat-kandidat (red: yang maju Pemilu) mungkin akan menjual, saya Amerika, saya Islam, saya anti Islam, saya didukung Tiongkok, itu juga boleh-boleh saja. Tinggal dilihat nanti, siapa yang waras, siapa yang enggak,” ujarnya.
Sehingga, jika pertarungan terjadi antar kandidat tersebut, ia menyatakan bahwa hal tersebut tidak akan seberat seperti dua pasang sebelum tahun ini.
“Buat saya, itu adalah pilihan. Karena itu saya siap memilih. Saya tidak mau masuk kesitu. Dan Kita menawarkan pilihan tersebut. Itu lah yang saya lakukan dengan Pak Airlangga. Saya mengajak hingga tiga kali pertemuan, baru yang keempat direspon, saya diajak makan malam. Dan pertemuan yang kelima baru jadi dan mengajak PPP,” ujarnya lagi.
Zulhas mengakui bahwa mengedepankan pemikiran dalam suatu perjalanan politik jauh lebih susah dibandingkan hanya menjual isu.
“Jualan pemikiran, gagasan dan pilihan itu lebih sulit, dibandingkan kalau jual cebong kadrun. Itu cepat sekali. Ini Amerika, ini Tiongkok juga mudah. Murah juga. Ini lah yang ditawarkan oleh koalisi saya saat ini, pemikiran dan gagasan,” katanya.
Di tengah perubahan geopolitik saat ini, ia menyatakan tak cukup hanya isu belaka tapi Indonesia membutuhkan gagasan dan pemikiran yang jauh ke depan.
“Kita butuh memperkuat sistem demokrasi kita, memperkuat sistem ekonomi Indonesia, membangun kedaulatan pangan, dan semua aspek yang akan memperkuat Indonesia,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa