KedaiPena.Com – Ada yang lain dalam Haul Gus Dur Kedelapan tahun 2017, pekan terakhir Desember ini. Hal lain itu terkait terlaksananya amanat Gus Dur terkait prasasti makamnya.
Ketua Panitia Haul ke-8 Gus Dur Iskandar mengatakan, sebelum wafat, Gus Dur pernah berpesan melalui Khofifah Indar Parawansa, agar di makamnya diberi tulisan “Di Sini Berbaring Seorang Pejuang Kemanusiaan”.
Amanat tersebut baru bisa diwujudkan oleh keluarga setelah hampir sewindu Gus Dur wafat dan dimakamkan di Pesantren Tebuireng Jombang.
Kepala Pondok Putra Pesantren Tebuireng itu menambahkan, prasasti tersebut telah diresmikan oleh Sinta Nuriyah, istri Gus Dur bersama keluarga pada 9 September 2017 lalu.
Menurut Zannuba Arifah Chafsoh, putri kedua Gus Dur yang akrab disapa Yenny Wahid, tulisan dalam prasasti tersebut sengaja dibuat dalam empat bahasa. Yaitu, Bahasa Indonesia, Arab, Inggris dan China.
“Itu untuk menggambarkan universalitas sosok Gus Dur,” ungkapnya kepada wartawan usai peresmian prasasti tersebut, awal September lalu.
Gambaran universalitas sosok Gus Dur juga tercermin dari pilihan batu yang menjadi bahan prasasti tersebut. Sebab, prasasti berukuran 115 x 60 cm setinggi 45 cm itu tersusun dari tiga batu yang mewakili tiga peradaban dan telah berusia jutaan tahun.
Batu besarnya adalah Verde Patricia, marmer hijau yang berasal dari India. Di tengahnya terdapat onyx hijau yang berasal dari Persia. Sedangkan tulisan yang berisi pesan Gus Dur dalam empat bahasa dipasang di Statuario, batu marmer dari Italia.
Laporan: Irfan Murpratomo