KedaiPena.Com – Indonesia adalah negeri yang diberkahi kekayaan alam melimpah, baik di atas tanah maupun di bawah tanah. Kekayaan alam itu semestinya menyejahterakan rakyat dari generasi ke generasi.
Salah satu kekayaan alam yang jarang disadari keberadaannya adalah Kawasan Benteng Alam Karst (KBAK), yaitu kawasan perbukitan kapur yang telah mengalami proses pelarutan sedemikian rupa sehingga menunjukan keunikan dan kekhasan.
Hal itu membuat kegiatan wisata minat khusus berbasis kawasan karst, terutama penelusuran goa berkembang pesat.
Sayangnya, hal itu tidak diimbangi dan barengi dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai dari para pelakunya.
Ini yang membuat Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) dan Masyarakat Speleologi Indonesia dengan didukung oleh Kementerian Pariwisata membuat workshop pengelolaan wisata goa.
Acara ini dilakukan 16 sampai 18 September 2016 di Kampus STPB, dengan menghadirkan berbagai ‘expert’ dari dalam dan luar negeri.
“Kurang terampil dan terlatihnya para pelaku dari kegiatan ini menimbulkan permasalahan. Sebut saja kerusakan lingkungan, menurunnya kepuasan berwisata wisatawan, baik dari pengelolaan aktivitas ataupun fasilitas yang tidak sesuai pasar yang ada,” kata Hery Cahyadi, panitia workshop saat ditemui KedaiPena.Com di Bandung, Sabtu (17/9).
Sementara dari sektor industri, semakin banyak yang mengintai kawasan karst. Batu gamping yang menyusun kawasan karst mengandung unsur karbonat (CaCo3) yang tinggi, tidak kurang sampai 80 persen.
Bahkan kandungan karbonat dalam batu gamping ada yang mencapai 85-90 persen, seperti yang dijumpai pada kawasan karst Dinaric, eks Yugoslavia, yang berumur 65-145 juta tahun lalu.
“Ini yang membuat pelaku industri semen mengincar karbonat, karena dianggap sebagai bahan dasar yang belum tergantikan hingga saat ini,” tegas Heri, Doktor Pariwisata Unpad ini.
Dan pariwisata berbasis ekotourisme mungkin salah satu untuk menahan laju perusakan kekayaan alam negeri ini, sekaligus menyejahterakan rakyat.
“Workshop ini dibuat dengan harapan pengembangan dan pengelolaan goa mendapatkan arah yang jelas,” sambung dia lagi.
Ia melanjutkan, peserta kegiatan ini berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari dinas pariwisata, masyarakat pecinta karst hingga kelompok penelusur goa.
Masih kata Hery, acara ini juga dilakukan dalam rangka Hari Pariwisata Dunia yang puncak peringatannya jatuh pada 27 September.
“Ada berbagai pembicara, seperti Dr Andy Spate dan Steve Bourne dari Australia. Ada Noor Rasidah dari Singapura. Yang dari lokal adal DR Pindi Setiawan dari ITB, DR Arzyana Sunkar dari IPB dan DR Yayuk R. Suharjono dari ISS,” ia melanjutkan.
Selain workshop, ada juga pameran foto goa dari berbagai kelompok dan pameran alat outdoor yang berkaitan dengan penelusuran goa. Ada juga hiburan berupa penampilan kelompok Nara Angklung dari STPB.
(Arp)