KedaiPena.Com – Danielle Tello Roija, perempuan muda asal negara Kolombia, menyerukan agar kaum intelektual muda Indonesia bergerak demi mengentaskan masalah kemiskinan dan ketimpangan gender.‎
Dalam pidatonya mewakili 2.292 wisudawan Universitas Airlangga yang dilantik oleh Rektor, Mohammad Nasih, Sabtu (19/3) pagi, Wisudawati Program Magister Manajemen Universitas Airlangga itu mengingatkan, d‎i seluruh dunia, termasuk Indonesia, sedikitnya 805 juta orang terancam tak memiliki cukup makanan. ‎
“Para sarjana bisa ikut andil menjawab tantangan itu dengan caranya masing-masing. ‎Hari ini, pada hari dimana kita diwisuda ini, 22 ribu anak kecil terancam meninggal karena kemiskinan,†ujar Danielle.
Perempuan ayu berparas latin itu mengingatkan sejumlah tantangan global lainnya, seperti pemanasan global, akses terhadap sanitasi dan air bersih. Ia juga menyinggung masalah ketimpangan gender yang masih terjadi.
â€Saya, Daniele Tello, adalah perempuan yang berisiko lebih tinggi terhadap pemerkosaan atau pun bentuk kekerasan domestik. Risiko bentuk kekerasan itu lebih tinggi dari pada penyakit kanker, kecelakaan mobil, peperangan, dan malaria. Ini adalah tantangan bagi kita semua,†tuturnya serius di hadapan senat Guru Besar dan hadirin pada prosesi wisuda di gedung Airlangga Convention Center (ACC), kampus C Jl. Dr. Ir. Soekarno, Surabaya, Jawa Timur.
Danielle menyadari dirinya sangat beruntung bisa meraih gelar Master, sementara 62 juta perempuan lain di dunia tidak bisa mengenyam pendidikan. Ia berharap semua wisudawan menggunakan ilmu pengetahuan yang dimiliki demi membangun masa depan lebih baik. Karena itu adalah cara terbaik untuk menjunjung almamaternya, Universitas Airlangga.
“Inilah komitmen saya. Saya ingin menjadi bagian dari solusi. Kita hanya butuh langkah kecil utuk bergerak. Itulah cara kita untuk membuat hidup lebih bermakna. Bantulah mereka untuk lepas dari kemiskinan,†ujar penerima beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB) itu.
Selain mengajak para wisudawan untuk berkontribusi bagi negeri, Danielle mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia dan Unair, karena telah memberinya kesempatan belajar melalui program KNB.
“Tidaklah ringan menjalani studi di Unair ini. Kendala yang utama adalah dalam hal adaptasi, terutama pada persoalan bahasa,” pungkasnya.
(Prw/Khafisena)‎