MENDENGAR kalimat Special Interest Tourism atau bahasa Indonesia-nya wisata minat khusus bagi sebagian besar orang mungkin bukan sebuah kalimat yang aneh, bahkan sudah sering didengar. Tapi tahukah anda bahwa masih ternyata masih banyak yang salah memahami makna kalimat tersebut?
Masih banyak yang memahami wisata minat khusus sebagai sebuah kegiatan wisata yang berkaitan dengan petualangan. Perlu dipahami bahwa pemahaman tersebut sangat salah dan ngawur. Karena pada pada kenyataannya apapun bentuk kegiatannya wisatanya, semuanya mengandung unsur petualangan hanya tingkatannya saja yang berbeda-beda.
Untuk dapat lebih memahaminya mari kita lihat pemahaman ketertarikan orang akan aktivitas wisata. Pembagian ketertarikan wisata dapat dibagi menjadi tiga (UNWTO, 1985) yaitu:
1. General Interest Tourism. Interest ini yang membentuk mass tourism di mana aktivitasnya tidak fokus pada satu aktivitas saja. Mereka akan mengunjungi semua jenis wisata.
2. Mix or Major Interest Tourism. Yaitu aktivitas wisata ini sudah merujuk pada jenis-jenis wisata alternatif tetapi kegiatannya masih melakukan berbagai ragam aktivitas.Â
Tetapi kegiatannya tersebut sudah lebih terarah dimana kegiatan yang mereka lakukan harus dapat memberikan manfaat bagi diri mereka sendiri, masyarakat maupun lingkungan.
Jenis-jenis interest inilah yang memunculkan jenis-jenis wisata seperti ekowisata, geowisata, community base tourism dan lain-lain.
3. Special Interest Tourism. Menurut UNWTO (1985) wisata minat khusus adalah pariwisata yang melibatkan seseorang atau sekelompok orang yang memiliki ketertarikan khusus dan mengunjungi situs-situs atau tempat-tempat yang berkaitan dengan subjek-subjek tertentu.Â
Pada umumnya adalah orang-orang yang memiliki profesi yang sama atau hobi yang sejenis. Mempertemukan kebutuhan, motivasi dan ketertarikan khusus.
Wisata minat khusus tidak memandang apakah jenis wisata itu alam, budaya atau buatan. Setiap orang memiliki ketertarikan khusus terhadap jenis-jenis wisata tersebut.
Wisata minat khusus hanya fokus pada aktivitas tunggal atau single activities seperti caving, diving, mountaineering dan lain-lain.
Sedangkan wisata petualangan adalah aktivitas wisata yang memiliki resiko terluka atau kematian dan resiko tersebut dapat terjadi pada tiap jenis wisata, hanya saja tingkatannya yang berbeda-beda.Â
Oleh karena itu pada pengembangan pariwisata modern setiap aktivitas wisata terutama yang terkait dengan wisata minat khusus, selalu ada grading untuk menilai tingkat kesulitan dan resiko dari setiap jenis wisata tersebut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kesulitan dan resiko tersebut adalah usia, pengalaman, kondisi geografis, musim, skill dan peralatan yang diperlukan. Sebagai contoh adalah wisata arung jeram
Wisata arung jeram terbagi dalam 6 tingkatan kesulitan dari 1 sampai dengan 6+. Tingkatan tersebutlah yang membagi sebuah karakter kegiatan tersebut menjadi soft, hard dan extreme.Â
Bagi sebagian orang walaupun sifatnya soft tapi bagi mereka yang baru pertama kali atau tidak terbiasa melakukannya mereka dapat mengatakannya sebagai sebuah petualangan.Â
Karena buat first timer resiko akan selalu ada walaupun soft. Sedangkan untuk tingkatan extreme adalah buat mereka yang sudah sangat memahami resiko kegiatan yang mereka lakukan dan sudah memiliki skill tinggi untuk melakukannya.
Kesimpulannya adalah, bahwa kita perlu mengkaji kembali produk-produk wisata yang kita tawarkan kepada wisatawan. Jangan sampai kita melabeli produk wisata kita sebagai wisata minat khusus tetapi pada kenyataannya tidak minat khusus.
Perlu diingat bahwa wisata minat khusus adalah single activities. Masih banyak yang memahami ekowisata sebagai wisata minat khusus tetapi pada kenyataan bukan.
Setiap jenis wisata memiliki unsur petualangan di dalamnya hanya saja tingkatannya yang berbeda. Wisata petualangan bukan hanya miliki orang-orang yang memiliki keterampilan khusus saja.
Kalau kita lihat dewasa ini banyak aktivitas wisata yang di depannya ditambahkan kata fun sepeti fun rafting, fun diving, fun caving dan lain-lain. Hal tersebut merujuk pada kegiatan wisata petualangan yang memiliki resiko rendah, tidak memerlukan keterampilan khusus yang merujuk pada kegiatan soft adventure.
Oleh Hery Cahyadi, peraih gelar doktor Universitas Padjajaran, akademisi Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung