KedaiPena.Com – Pengembangan wisata halal di Indonesia, menurut Ketua Tim Percepatan Wisata Halal Kementerian Pariwisata Riyanto Sofyan tidak bisa hanya dilakukan secara biasa. Tapi harus mampu bersaing dengan kompetitor lainnya.
“Strategi kita itu harus go mainstream. Kita tidak bisa hanya jual produk halal hanya pada kaum muslim saja. Tapi harus kepada semua orang. Misalnya untuk paket wisata keluarga, kita harus bisa menunjukkan bahwa paket wisata muslim ini bisa lebih aman,” kata Riyanto saat acara Halal Tourism Expo di Jakarta, Sabtu (24/11/2018).
Riyanto menganalogikan strategi ini dengan pemasaran habatussaudah. Dimana orang tidak hanya menjual hanya hadist tentang penggunaan habatussaudah ini, tapi juga harus menjual sisi kesehatannya. Sehingga semua orang bisa pakai, seperti halnya orang membeli dan menggunakan gingseng.
“Karena itu tim wisata halal mengikuti beberapa pameran wisata, seperti Berlin, London. Jadi Halal Tourism has to go mainstream. Hanya itu yang bisa kita lakukan untuk mampu berkompetisi dengan pihak lain yang sudah ada,” papar Riyanto.
Pemberian insentif dan dukungan regulasi juga dilakukan pemerintah untuk menarik pelaku usaha agar mau memasuki wilayah wisata halal.
“Kemarin saya sudah bicara dengan pihak Kepala Divisi Pengembangan Destinasi dan Pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Hari Wibowo terkait bagaimana mempercepat Jakarta menjadi salah satu destinasi wisata halal dengan memberikan beberapa insentif. Misalnya insentif pengurangan pajak yang diberikan jika pelaku usaha mau mengambil serifikasi halal dari MUI,” ucap Riyanto lebih lanjut.
Lebih lanjut dipaparkan, bahwa dorongan untuk mengembangkan destinasi wisata ini bukannya tanpa pertimbangan ekonomi. Karena dari beberapa lokasi, sudah terbukti bahwa investasi pengembangan wisata, mampu memberikan ROI yang jauh lebih tinggi dari nilai investasinya.
“Seperti di Lombok, investasinya untuk sertifikasi Rp1 milyar, untuk pelatihan SDM-nya kita keluarkan Rp1 milyar dan untuk promosinya Rp1 milyar. Tapi dalam satu tahun sudah kembali Rp5 triliun. Jadi kita bicara bisnis, bukan masalah primordial,” kata Riyanto.
Selain melakukan pemasaran yang go-mainstream, Riyanto juga menegaskan tentang pentingnya profesionalisme dan inovasi dalam mengelola wisata ini.
“Tanpa profesionalisme, tidak akan ada keberhasilan. Tanpa itu kita tidak akan bisa memenangkan persaingan yang ada. Ditambah inovasi. Seperti yang kita lakukan sekrang, menjadikan Raja Ampat menjadi salah satu destinasi ramah muslim. Raja Ampat kan sudah terkenal hingga ke dunia, nah tinggal kita tambahkan menjadi nyaman untuk para wisatawan muslim,” pungkas Riyanto.
Laporan: Muhammad Hafidh