KedaiPena.Com – Geliat rintisan wisata edukasi yang marak di Sungai Ciliwung masuk kategori pariwisata berbasis komunitas atau ‘Community Based Tourism’ (CBT). Hal ini lantaran ada aspek komunitas yang terlibat di dalamnya.
Demikian disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani Mustafa dalam perbincangan dengan KedaiPena.Com di kantornya, Jalan Merdeka Barat, ditulis Kamis (6/12/2018).
“Konteks bisa gak wisata Ciliwung masuk CBT? Jawabannya bisa. Karena ada komunitasnya,” tegas dia.
Ia pun melanjutkan, jika pariwisata di Ciliwung mau maju, maka juga harus memperhatikan unsur keselamatan.
“‘Safety’-nya kalau Ciliwung bagaimana. Kalau di air APD (alat perlindungan diri) bagaimana. Prosedur apa saja yang harus dilakukan,” lanjutnya.
Dalam konsep CBT perkotaan seperti di Ciliwung, yang juga harus diperhatikan adalah komunitas harus siap menerima wisatawan.
“Ketika mau jual pariwisata, apa yang didapat (wisatawan). Harus ada atraksi amenitas, bukan cuma ‘homestay’. Harus ada ‘experience’. Ini yang harus diperhatikan,” tambah Kiki, sapaannya.
“Bagaimana paket wisatanya, ‘packaging’, ‘ittenary’. Jam per jam dapat apa saja. Kalau wisata edukasi Ciliwung, wisatawan dapat ‘activity’ apa saja, dan lain-lain,” dia berkata lagi.
Selanjutnya adalah soal pemasaran pariwisata. Jadi bagaimana pariwisata jenis ini bisa menarik wisatawan.
“Bisa lewat medsos dan di-‘link’-kan. Harus membangun koneksi,” sambungnya.
Yang juga harus dilakukan adalah kelembagaannya. Pemerintah, pasti senang jika pariwisata berbasis CBT jalan.
“Berarti ada percontohan pariwisata dan ini berjalan,” tandas Kiki.
Laporan: Ranny Supusepa