KedaiPena.Com – Pembukaan hutan terus dilakukan oleh industri kelapa sawit, meskipun moratorium berlaku. Hal ini tentu mengancam kelangsungan hidup dpesies dan keselamatan hidup jutaan manusia.
E‎kosistem Leuser dalam keadaan kritis setelah hutan hujan dan lahan gambut terus dirusak untuk perkebunan kelapa sawit, mengancam habitat gajah Sumatra dan orangutanÂ
Demikian disampaikan ‎Leoni Rahmawati, K‎oordinator ‎Rainforest Action Network (RAN), dalam keterangan kepada KedaiPena.Com, Senin (7/11).
“Laporan yang kami rilis hari ini bertepatan dengan pertemuan tahunan ke-14 Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) di Bangkok, mengungkap kerusakan yang terus berlanjut di salah satu daerah yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di bumi,” kata dia.Â
Laporan pihaknya berjudul; ‘Melindungi Ekosistem Leuser: Sebuah Tanggung Jawab Bersama’, dibuat dengan mengumpulkan bukti-bukti tentang adanya kegiatan pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit yang menyuplai ke pabrik pengolahan setempat.Â
“Kegiatan ini terus berlangsung meskipun moratorium mengenai pembukaan hutan untuk ekspansi kelapa sawit diberlakukan. Laporan ini menyoroti hubungan yang terus berlanjut antara perusahaan kelapa sawit besar seperti Wilmar International, Musim Mas Group dan Golden Agri-Resources, dikenal sebagai ‘Tiga Pemain Besar’, terkait dengan industri kelapa sawit, dan mereka tidak bertanggung jawab atas kerusakan di wilayah tersebut,” jelas dia.Â
Dalam laporan itu dijelaskan bagaimana ketiga pemain besar itu menyuplai bahan baku dari sawit ke beberapa merek dagang. Oleh karenanya, langkah-langkah serius harus diambil oleh pemerintah nasional dan daerah untuk melindungi spesies langka dan mata pencaharian masyarakat dari pertumbuhan industri yang melampaui batas.
“Sangat sulit untuk mengungkapkan secara tepat pentingnya Ekosistem Leuser, bukan hanya untuk jutaan rakyat Aceh yang menggantungkan mata pencaharian dan air bersih, tapi juga untuk dunia, karena fungsinya sebagai penyeimbang iklim dan penyedia tempat tinggal bagi populasi liar terakhir gajah, orangutan, harimau dan badak Sumatra yang masih hidup bersama di alam bebas,†ujar dia lagi.‎
“Skala kerusakan yang terus berlangsung di wilayah ini memperjelas bahwa tindakan kolektif bersama sangat dibutuhkan saat ini, atau kita akan beresiko kehilangan Ekosistem Leuser selamanya,” sambungnya.
Moratorium memang membawa dampak postitif, namun dengan hutan yang terus menyusut, semua pihak harus bertindak lebih agresif untuk menghentikan kerusakan.
Laporan: Irwan Nopiyanto