KedaiPena.Com – Banyak ekonom Indonesia yang hanya bisa bicara ekonomi “ekonomi turun-naik” bagai tukang, tapi tidak memahami faktor-faktor struktural.
Hal ini terjadi karena para ekonom tersebut tidak paham filsafat, sejarah ekonomi dan perbandingan komparatif sistim ekonomi.
Demikian disampaikan begawan ekonomi Rizal Ramli di Jakarta, beberapa waktu lalu.
“Ketika Pak Harto (Presiden RI ke-2) naik Widjojo (Nitisastro, arsitek utama perekonomian Orde Baru) dan kawan-kawan mengecilkan peranan dari pada ilmu sejarah ekonomi,” ujar Rizal.
Perekonomian, lanjut dia, disederhanakan untuk membesar-besarkan kehebatan stabilisasi, tetapi tidak di jelaskan kenapa inflasi naik 1000 persen.
“Lalu dihapuskan mata pelajaran ekonomi filosofi, pahadal itu penting sekali,” lanjut eks Tim Panel Ekonomi PBB ini.
Di Amerika Serikat, negara kapitalis, setiap mahasiswa ekonomi mesti belajar sejarah ekonomi, filosofi ekonomi filosofi. Hal ini dilakukan supaya mahasiswa mengerti filsafat.
“Mahasiswa wajib belajar komparatif ekonomi sistem (perbandingan sistem ekonomi) melihat kemajuan dan kelemahan di negara yang menggunakan berbagai sistem ekonomi,” Rizal menjelaskan.
“Kita, saat menggunakan pendekatan komparatif antar negara, baru kita sadar bahwa kita banyak tertinggalan. Hari ini Vietnam pendapatan perkapitanya tinggi,” imbuh dia.
“Mereka ekspor barang elektronik termasuk ‘handphone‘ yang kita pakai 35 miliar dolar. Kita impor ‘handphone‘ Samsung atau yang lain 8 miliar dolar per satu tahun,” kecewa Rizal.
“Banyak hal yang bisa kita lakukan tapi kita harus berfikiran rasionalis, harus berfikir apa yang bisa kita perbuat supaya rakyat kita, masyarakat kita lebih hebat dan bisa lebih maju,” imbuhnya.
Laporan: Muhammad Lutfi