KedaiPena.Com – Pemerintah diminta untuk waspadai penyebaran varian delta akan di luar Jawa-Bali. Dalam hal ini, pemerintah harus mewaspadai skensrio terburuk dalam penyebaran varian delta di luar wilayah Jawa- Bali.
Hal tersebut disampaikan oleh Epidemiologist Universitas Griffith Australia Dicky Budiman dalam webinar yang digelar oleh Narasi Institute Jumat, (6/8/2021) dengan tema Optimisme Ekonomi Tepatkah Setelah Puncak Pandemi terlampaui?
Dicky mengatakan, prediksi situasi pandemi yang dibuat suatu Lembaga riset atau pakar, hendaknya menjadi dasar penyusunan strategi mitigasi, sehingga mampu mencegah skenario terburuk.
“Pada Maret 2020, saya membuat proyeksi bahwa India, Brazil dan Indonesia berpotensi menjadi episentrum COVID-19 dunia karena keterbatasan sistem Kesehatan, besarnya populasi dan status sosial ekonomi sebagian besar penduduknya. Selain itu, performa pengendalian selanjutnya akan ditentukan oleh konsistensi dan komitmen para pemimpin dalam penanganan pandemi COVID19,” ujar Dicky Budiman ditulis, Sabtu, (7/8/2021).
Dicky melihat, selamaa ini ada GAP pemahaman dan komunikasi antar pusat dan daerah dalam penanganan Covid-19.
“Sayang dalam 12 bulan pertama pandemi kita, belum semua daerah memahami situasi pandeminya karena keterbatasan kapasitas tes, trace dan treat (3 T). Badan Kesehatan Dunia melaporkan selama ini di Indonesia hanya 2 daerah yang relatif sudah maju menerapkan 3T yaitu Jakarta dan Yogyakarta selebihnya masih kurang, walaupun belakangan, selama masa PPKM Darurat ini daerah lain di Jawa mulai menunjukkan perbaikan, ” kata Dicky yang merupakan diaspora Indonesia di Australia.
Dicky menegaskan, bahwa Indonesia negara kepulauan yang luas sehingga perlu penguatan kapasitas khususnya di luar Jawa.
“Sebagai negara kepulauan, Indonesia akan memerlukan respon 3T, 5M dan vaksinasi yang massif agresif, setara dan merata di semua daerah. Keterbatasan kapasitas 3T di luar Jawa harus disiasati dengan strategi visitasi massif ke masyarakat meski tanpa testing, yang utama bisa menemukan potensi kasus dan mengisolasinya. Untuk itulah, faktor kepemimpinan yang kuat di daerah menjadi penting mengingat kesehatan adalah sektor yang berada dalam kewenangan kabupaten/kota, ” tegas Dicky Budiman.
Dicky menegaskan bahwa PPKM sebagaimana pembatasan lainnya adalah strategi yang sifatnya penguatan bukan sebagai instrumen utama. Sehingga setiap pemerintah daerah jangan hanya fokus PPKM tapi melupakan 3T-nya.
“PPKM ini sifatnya sebagai upaya penguat bukan sebagai strategi utama. Yang penting diperhatikan baik secara nasional, propinsi dan daerah adalah 3T-nya sehingga mencapai tes positive rate kurang dari 5%”, pungkas Dicky.
Laporan: Sulistyawan