KedaiPena.Com – Jaringan komunitas pedofil diungkap oleh penyidik Subdit Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya. Komunitas ini aktif berbagi konten pornografi anak dan aktifitas pencabulan terhadap anak lewat akun grup facebook “Official Candy’s Group”, yang beranggotakan ribuan orang.
Setidaknya hal ini harus dimaknai bahwa para pedofil di Indonesia terus eksis dan tumbuh, malah bergeliat melangkah ke arah proses penyatuan dan konsollidasi kekuatan sesama kaum pedofil di level nasional dan global.
Mengingat terus pesatnya perkembangan penggunaan teknologi informasi dan gawai canggih hingga ke pelosok-pelosok kampung, tanpa diiringi proteksi dan edukasi memadai sektor negara dan masyarakat atas bahaya konten-konten pornografi, termasuk pornografi anak, yang menyusup di era keterbukaan informasi, sesungguhnya hal itu telah menjadi lahan persemaian paling subur bagi proses penciptaan monster ganas bernama pedofil secara massif.
Demikian dikemukakan Direktur Eksekutif Jaringan Anak Nusantara (Jaranan), Nanang Djamaludin, menanggapi penangkapan empat orang pelaku yang menjadi admin grup pedofil yang aktif berbagi konten dan aksi pornografi anak di media sosial facebook dan WAG, dengan anggota dari pelbagai daerah di tanah air dan mancanegara.
Menurut pria yang juga konsultan keayahbundaan dan kota layak anak itu, saat ini proses mengkloning seseorang atau sekelompok orang menjadi monster pedofil terus saja menemukan lahannya yang subur, dan tanpa hambatan berarti.
Yakni, dengan cara merusak bagian ‘pre frontal cortex’ di otak, yang merupakan fungsi luhur seseorang sebagai manusia dan yang membedakannya dengan binatang, melalui akses yang teramat mudah dan luas terhadap suguhan-suguhan pornografi, termasuk pornografi anak.
Dari situ, lanjutnya, perlahan tapi pasti, fungsi luhur kemanusiaannya pada bagian pre frontal cortex orang tersebut mengalami proses kehancuran yang dasyat, tergantikan oleh bangunan struktur di otaknya yang bernama “porn library” (perpustakaan porno) seiring terus meningkatnya level kecanduan pornografi yang diidapnya, dari ringan menuju berat.
Serta seiring aksi-aksi ujicoba dan petualangan seks nyata yang dilakoni akibat keterpaparan hebat konten-konten pornografi, yang tak berdaya dicegah fungsi luhur kemanusiaannya, yang bukan tak mungkin aksi-aksinya itu justru memangsa anak-anak sebagai manusia paling rentan.
“Tingginya produksi konten-konten pornografi yang beredar di jagad maya, berpadu dengan terus meluasnya penggunaan beragam gawai di semua strata sosial dan usia, serta terus ringkihnya sistim dan budaya perlindungan anak di masyarakat, maka yang amat mengkhawatirkan dari kondisi itu adalah potensi pertumbuhan jumlah para pedofil dari waktu ke waktu tidak lagi bertambah secara deret hitung, melainkan secara deret ukur,” ujar Nanang.
Sebagaimana diberitakan, polisi telah berhasil menangkap empat orang pelaku dalam kasus jaringan pedofil di grup facebook itu dan WAG. Terdapat ratusan konten video dan foto pornografi anak dalam akun grup tersebut.
Grup tersebut beranggotakan orang-orang Indonesia dan juga orang dari mancanegara. Grup itu pun terkoneksi dengan links-links grup serupa mancanegara negara.
Terdapat dua orang pelaku yang ditangkap berkategori anak, yakni DF alias T-Day (17) dan seorang perempuan SHDW (16). Dan dua orang lagi kategori pria dewasa, yakni Wawan (27) dan Dede (24).
Meskipun DF masih kategori anak, berdasarkan keterangan yang berhasil dikorek, telah pengalaman menjadi pelaku pencabulan terhadap enam orang anak. Yakni anak tetangganya dan keponakannya sendiri.
Demikian juga dengan Wawan, yang menjadi inisiator grup para pedofil itu. Bahkan Wawan mengaku merupakan korban sodomi saat ia masih kecil, sehingga punya kecenderungan memangsa korban anak-anak. Meskipun ia mengaku punya pacar, tapi pacarnya tidak mau ditidurinya.
“Dari kasus penangkapan para pelaku dan admin grup medsos yang beranggotakan para pedofil ini, termasuk yang berusia anak, mengkonfirmasi, proses penciptaan monster pedofil saat ini terus berproses ke arah sebuah gerakan yang sungguh mengkhawatirkan,” jelas Nanang mengingatkan.
Pertama, katanya, kaum pedofil di seluruh dunia terus berproses mengintegrasikan diri layaknya sebuah gerakan . Diantara mereka terus saling menyerap, saling menginspirasi, dan saling berbagi pengalaman tentang metode-metode penyiasatan dan penaklukan terhadap para korban dan calon korban.
Kedua, berkumpulnya para pedofil itu dalam forum media sosial yang bersifat massif lintas-negara dan terus menyebarkan konten-konten dan praktik pornografi anak di dunia maya, maka proses penciptaan monster pedofil dalam skala massif pun sungguh memang sedang berlangsung.
“Tidak bisa tidak, pemerintah dan negara harus lebih fokus dan agreaif pada upaya penciptaan sistim dan budaya perlindungan anak yang benar-benar tangguh,” ucapnya.
Salah satu diantaranya, usul Nanang, adalah dengan memperbesar stimulus anggaran untuk agenda-agenda konkrit perlindungan anak, khususnya dalam merangsang perkembangan sistim dan budaya perlindungan anak berbasis keluarga, masyarakat atau komunitas.
Laporan: Irfan Murpratomo