KedaiPena.Com – Cina merupakan negara terluas di Asia Timur. Dengan jumlah penduduk Iebih dari 1,3 miliar jiwa, Cina menjadi negara dengan penduduk terpadat di dunia.
Cina daratan sendiri merujuk pada kawasan di bawah pemerintahan Republik Rakyat Cina (RRC).
Meski secara definisi RRC menunjukkan bahwa negara ini adalah komunis, namun saat ini para ahli mengatakan bahwa Cina bukan Iagi negara komunis.
Dikatakan demikian karena bentuk pemerintahannya tidak Iagi khas untuk sebuah pemerintahan komunis.
Bahasa resmi yang digunakan adalah Mandarin. Di daerah administrasi khusus Hongkong, bahasa Kanton digunakan bersama dengan bahasa lnggris, dan di daerah administrasi khusus Makau digunakan bersama bahasa Portugis.
Cina memilki banyak sub etnis dengan beragam budaya dan bahasa daerah. Etnik Cina dikenal hampir di seluruh belahan dunia dengan keunikannya.
Semangat kerja keras, wirausaha dan loyal pada budaya nenek moyangnya merupakan ciri yang melekat pada etnik Cina.
Etnik Cina mampu masuk ke berbagai budaya dunia dengan keunikannya ini. Menariknya,di manapun mereka berada, sebutan Cina meskipun tidak merujuk pada negara asal mereka, tetap melekat pada diri mereka sebagai identitas yang memiliki keterikatan darah dengan tempat asal nenek moyang mereka.
Islam di Cina
Salah satu bunyi petuah Arab yang terkenal adalah; ‘Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina’. Ungkapan ini menunjukkan telah demikian lama dan kuatnya interaksi antara Cina dengan ajaran Islam.
Islam di Cina memiliki akar sejarah yang sangat panjang. Sejak Iebih dari 1400 tahun yang lalu, nilai-nilai Islam telah memasuki Cina.
Masuknya Islam ke Cina menurut catatan sejarah dibawa oleh para sahabat Rasulullah Muhammad SAW, Saad bin Abi Waqash diutus oleh khalifah Utsman bin Affan untuk membawa Islam ke Cina sekitar tahun 615 M.
Saad bin Abi Waqash tercatat pertama kali datang ke Cina pada zaman dinasti Tang. Masjid Huaisheng di Ghuangzou dipercaya dibangun oleh Saad bin Abi Waqash.
Konon, Sa’ad meninggal dunia di Cina pada tahun 635 M, dan kuburannya dikenal sebagai Geys’Mazars.
Cina memiliki beberapa kota utama yang didominasi oleh komunitas muslim di antaranya Ghuang Zou, Xinjiang, Qingxia dan Xi An. Selain keempat kota tersebut, kelompok keluarga muslim tersebar di seluruh Cina.
Di kota Xi An, dan kota-kota yang didominasi komunitas muslim, Anda akan sangat mudah menemukan ciri-ciri komunitas muslim. Di jalan-jalan utama kota tersebut pedagang makanan khas kota tersebut di dominasi oleh perempuan berjilbab.
Tidak banyak yang mengetahui bahwa Cina termasuk dua puluh negara yang memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia. Diperkirakan jumlah total muslim di Cina mencapai 150 Juta orang.
Di perkampungan muslim, kita dapat dengan mudah menemui pusat pendidikan anak-anak Islam yang serupa dengan madrasah di Indonesia.
Beberapa sekolah memiliki fasilitas yang cukup baik layaknya sekolah di kota, namun tidak sedikit pula yang hanya memiliki fasilitas sangat sederhana, untuk tidak dikatakan menyedihkan.
Buku-buku yang dipakai nampak sudah tua. Tempat wudhu yang hanya berupa ember-ember tua untuk menampung air dan sederhananya ruang guru yang hanya terdiri dari meja dan kursi reyot dimakan usia, semakin memperkuat kesan miskinnya beberapa perkampungan muslim Cina.
Mayoritas muslim di Cina adalah muslim Suni dan menganut mazhab Hanafi dan sebagian Iainnya mazhab Syafi’i. Paling tidak terdapat 56 kelompok etnis Cina yang didominasi oleh muslim.
Sepuluh di antaranya memiliki jumlah populasi terbanyak, yaitu Kazak, Dongxiang, Hui, Uyghur, Kyrgyz, Tajik, Salar, Bonan,Tatar, dan Uzbek.
Hui dan Uyghur adalah kelompok etnis dengan Jumloh muslim yang terbanyak. Muslim Hui adalah keturunan dart muslim Arab, Persia, dan Turki yang menikah dengan suku Han.
Jumlah mereka mencapai sepuluh Juta orang. Kekhasan muslim Hui dibanding non muslim Hul adalah mereka tidak meminum alkohol dan tidak makan babi, sementara budaya yang lain hampir sama.
Karena permasalahan dialek bahasa, dalam membaca Al Qur‘an banyak terdengar ketidaktepatan penyebutan huruf. Namun muslim Cina dikenal gigih memperbaiki bacaannya.
Beberapa nama Arab atau nama yang berasal dari bahasa Parsi berubah bunyinya disesuaikan dengan dialek lokal, di antaranya adalah Ma atau Han untuk Muhammad, Ha untuk Hasan, Hu untuk Husein, dan Sai untuk Said.
Muslim Cina memiliki berbagai organisasi keislaman yang memberikan pelayanan kepada masyarakat berkaitan dengan masalah syariah dalam kehidupan sehari-hari, termasuk pelayanan finansial dan pelaksanaan haji.
Toko makanan halal hampir terdapat di seluruh daerah yang dihuni komunitas muslim. Biasanya mereka menghias tokonya dengan ornamen khas berupa simboI-simbol budaya Islam dan kaligrafi yang menunjukkan bahwa toko mereka menyediakan makanan halal yang dalam bahasa Cina di sebut ”qingzhen chai“.
Sementara restorannya di sebut ”qingzhen restaurant”. Masakan yang popular di restoran halal antara ‘iain iamian’ (semacam mi), ‘chuanr’ (semacam kebab daging kambing), mi sup sapi, ‘suan cai’ (aneka sayuran), dan ‘nan’ (roti tipis yang ditaburi biji wijen di atasnya).
Keistimewaan muslim Cina adalah, mereka sangat bangga dilahirkan sebagai orang Cina, karena memiliki warisan budaya luhur bangsa yang dikenal ulet sepanjang sejarah. Tapi mereka menjadi lebih bangga lagi dilahirkan sebagai muslim yang berkebangsaan Cina.
Sehingga ada dua kebanggaan sekaligus bagi muslim Cina, sebagai bangsa Cina dan sebagai bagian muslim dunia.
Kaizhai Jie Beragam Warna
Dilansir dari buku ‘Jejak Ramadan Berbagai Negara’ karangan Nurul Asmayani dan kawan-kawan, Ramadhan yang dalam bahasa Cina disebut Kaizhai Jie, memiliki beragam warna.
Di tempat yang muslimnya minoritas kadang nuansa Ramadan tidak terasa, karena sepinya masjid dari bacaan Al Qur‘an. Namun masih terdengar Iantunan azan yang mencirikan di sana terdapat komunitas muslim.
Sedangkan beberapa wilayah yang dihuni mayoritas muslim memiliki warna yang kental dengan nuansa khas ibadah di bulan Ramadan.
Kebanyakan muslim Cina mempersiapkan Ramadhan jauh hari sebelum datang, terutama bila Ramadhan jatuh di musim panas. Pada bulan Ramadan, toko-toko makanan menutup toko mereka di siang hari.
Bagi muslim Cina, kehadiran bulan Ramadan berarti bertambahnya kegembiraan mereka. Seperti halnya di Indonesia, Ramadhan juga disambut dengan berbagai aktivitas menyucikan diri dengan memperbanyak zikir dan membaca Al Qur‘an.
Mayoritas muslim Cina menggunakan bulan Ramadan sebagai salah satu kesempatan untuk memperbaiki pemahaman keislaman mereka. Madrasah dipenuhi anak-anak yang mengaji dan belajar ilmu Islam lainnya.
Sementara remaja dan orang dewasa memenuhi masjid dan lembaga keislaman untuk belajar Islam lebih banyak. Ciri khas lainnya adalah pada bulan Ramadan, muslim Cina berusaha melaksanakan semua shaIat lima waktu secara berjamaah di masjid.
Di daerah Yunan, di mana terdapat populasi muslim yang cukup banyak, terdapat tradisi khas selama Ramadan. Kaum muslimin di sana terbiasa saling mengirimkan makanan kepada tetangga dan kerabat.
Meskipun saat ini sudah banyak kaum muslim yang berkecukupan secara ekonomi, namun tradisi tersebut tetap dipelihara untuk lebih mempererat silaturahmi.
Saling memberi makanan juga diyakini sebagai jalan kebaikan yang akan mendatangkan kasih sayang Allah SWT kepada mereka.
Tradisi khas lain yang terdapat di Yunan adalah melakukan ziarah ke makam para leluhur dan membersihkan makamnya. Mereka juga berziarah ke makam orang-orang yang berpengaruh di dalam sejarah.
Kebiasaan ini terutama dilakukan setelah shalat ldul Fitri. Makam yang paling banyak dijadikan tujuan ziarah adalah makam gubernur muslim pertama Cina yaitu Sayyid Ajjal.
Makanan khas yang selalu disajikan setiap bulan Ramadhan adalah ‘youxiang’. Semacam roti yang dibuat dari adonan tepung dan air gula merah kemudian digoreng hingga kering dengan bentuk menyerupai cakue. Hidangan ini sederhana namun menjadi hidangan khas Ramadhan di daerah Yunan.
Di Ningxia dan Xinjiang, meski permasalahan bentrok antar umat beragama kadang terjadi, namun tidak menghalangi pemerintah Ningxia dan Xinjiang untuk memberikan Iibur tambahan guna merayakan datangnya Ramadan dan ldul Fitri.
Pada minggu terakhir di bulan Ramadan, kebanyakan toko yang dimiliki muslim tutup. Mereka berbondong-bondong mengisi akhir Ramadan dengan berbagai aktivitas di masjid.
Rouzi Jie yang Meriah
Beberapa hari sebelum ldul Fitri, muslim Cina melakukan banyak persiapan sebagaimana mereka menyambut Ramadan. Mereka memperbaiki dan membersihkan rumah, serta menyiapkan pakaian baru yang berwarna-warni.
Para wanita sibuk pula membuat hidangan khas ldul Fitri, di antaranya kue ‘san nak’ yang digoreng. Aneka kacang-kacangan dan buah-buahan juga dibeli, siap menyambut tamu di hari fitri.
Sejak maghrib di hari terakhir Ramadan, gema takbir bertaIu-talu, mengagungkan asma-Nya. Setelah fajar ldul Fitri tiba, muslim Cina berbondong-bondong menuju masjid dan tanah lapang untuk melaksanakan shalat Id berjamaah.
Di Cina, kemeriahan utama lebaran berlangsung selama tiga hari. Di provinsi Ningxia dan Xinjiang, pemerintah memberikan Iibur resmi ldul Fitri selama tiga hari, sementara di provinsi Iain yang muslim adalah minoritas, Iibur resmi diberikan satu hari saja.
Perayaan lebaran tampak meriah. Kaum pria mengenakan pakaian jas khas dan kopiah putih, sementara wanita umumnya memakai baju hangat dan kerudung cantik. Setelah shalat Id mereka saling bersalaman dan berpelukan.
Lebaran adalah waktu untuk berkumpul dan silaturahmi bersama seluruh keluarga dan sahabat.
Selama tiga hari perayaan ldul Fitri, kaum perempuan Cina di Provinsi Xinjiang memasak makanan khusus yang terbuat dari daging kambing dan sapi. Masyarakat non muslim pun ikut pula meramaikan perayaan.
Sementara di Provinsi Yunan, masyarakat muslim melakukan ziarah ke makam Sayyid Ajjal. Mereka membersihkan makam, lalu bersama-sama membacakan Al Qur‘an di atas makam gubernur muslim pertama tersebut.
Setelah itu, tradisi saling mengunjungi kerabat dan tetangga dilakukan. Sama persis dengan tradisi muslim Indonesia. Mereka saling berjabat tangan, berpelukan dan meminta maaf. Banyak pula pasangan muda-mudi yang melakukan pernikahan di hari besar ini. Meriah dan penuh warna bukan, Ramadan dan ldul Fitri di negeri Cina?
Laporan: Muhammad Lutfi