KedaiPena.com – Inflasi pangan Indonesia jika dibandingkan negara-negara G20, yaitu pada angka 5,6 persen pada Mei – Juni 2022, masuk ke kelas middle pada range 2,7 menjadi 6 persen. Tapi tetap memiliki dampak buruk pada perekonomian.
Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad menyatakan peningkatan inflasi inti terjadi pada sektor food tapi yang non food lebih rendah karena permintaan domestik yang pulih sementara indeks harga komoditas impor mengalami kenaikan.
“Pemulihan ekonomi sudah berjalan, COVID mereda dan permintaan domestik tinggi. Serta ada depresiasi nilai tukar, yang memiliki pengaruh cukup tinggi, yang mempengaruhi komoditas perdagangan global,” kata Tauhid dalam acara Kementerian Perdagangan, Rabu (27/7/2022).
Untuk produk domestik pun, lanjutnya, negara ini masih menghadapi permasalahan tahunan yaitu gangguan produksi dan cuaca.
“Belum ada terobosan baru, inovasi yang mampu menyiapkan komoditas tahan cuaca. Seharusnya, ada inovasi yang mampu menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan cuaca ini,” ucapnya.
Tantangannya bergeser pada perubahan iklim, yang menyebabkan tak dapatnya ditentukan secara pasti kondisi cuaca.
“Faktor lainnya yang mempengaruhi sektor pangan ini adalah bibit, pakan, atau komponen pendukung lainnya, yang masih melibatkan produk impor. Yang menyebabkan harga daging dan telur melonjak tinggi,” ucapnya lagi.
Sektor pangan juga masih menghadapi tantangan pembatasan ekspor oleh beberapa negara yang berupaya menjaga cadangan bahan pangan mereka dalam menghadapi krisis pangan tingkat global.
“Kondisi ini menjadikan ada beberapa komoditas yang perlu dicermati. Seperti gandum, gula rafinasi yang berpotensi mendorong importasi tinggi, gula domestik yang tak mampu menyelesaikan problem produktifitas, daging sapi, dan pupuk,” kata Tauhid.
Untuk itu, ia mengungkapkan pentingnya pemerintah dan didukung seluruh aspek bangsa ini dalam meningkatkan kemandirian pangan.
“Ini bisa dicapai dengan memperbaiki secara domestik pada produktivitas, luas tanam, teknologi dan efisiensi produksi. Pemerintah, dalam hal ini Kemendag, saya lihat sudah bagus dengan mulai mencari alternatif suplier lain. Tapi perlu juga, pemerintah untuk meningkatkan alokasi subsidi pangan dan input pangan agar harga dapat distabilkan serta petani tidak dirugikan,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa