KedaiPena.Com – Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Gerindra, Heri Gunawan mengatakan wacana pemerintah yang akan melakukan swastanisasi pada aset strategis nasional yakni 30 bandara dan 20 pelabuhan bukti bahwa negara sedang mengalami sengkarut masalah keuangan.
“Pemerintah mengeluarkan wacana swastanisasi bandara dan pelabuhan dengan dalih penghematan anggaran negara yang sedang mengalami defisit. Dengan kata lain, pemerintah mengamini bahwa keadaan keuangan negara saat ini sedang compang-camping,” katanya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (15/11).
Anak buah Prabowo Subianto ini meminta rencana swastanisasi perlu dipikirkan secara matang dan bijaksana. Pasalnya, pelabuhan dan bandara merupakan wilayah yang strategis yang menjadi pintu masuk masuk segala ancaman yang selama ini kita hadapi.
“Seperti penyelundupan barang-barang illegal, obat-obat terlarang dan perdagangan manusia,” bebernya.
Jadi jika swastanisasi benar-benar di jalankan, maka otomatis peran negara akan sangat kecil untuk melakukan kontrol.
“Itu berarti bahwa kedaulatan negara bisa terancam,” tegasnya.
Menurut dia, swastanisasi dan privatisasi aset strategis nasional bukanlah jalan keluar yang tepat untuk menjawab persoalan minimnya anggaran APBN untuk pengelolaan pelabuhan dan bandara.
Tak hanya itu, kedaulatan bangsa dan negara juga tak bisa diabaikan atas nama anggaran negara yang defisit.
“Justru di situlah tantangan pemerintah untuk bagaimana melakukan pembangunan tanpa mengorbankan hal-hal strategis,” tegasnya.
Logika swastanisasi dan privatisasi yang digaungkan oleh beberapa pengambil kebijakan yang hanya mempersoalkan untung rugi sangat tidak tepat jika diterapkan pada sektor-sektor strategis.
“Dari pengalaman yang sudah-sudah, swastanisasi dan privatisasi akan menimbulkan penetrasi dana asing dalam jumlah besar,” katanya.
“Dan sudah pasti ujungnya adalah soal siapa, kapan, dan berapa untungnya,” sindirnya.
Laporan: Muhammad Hafidh