KedaiPena.Com – Wacana calon tunggal di Pilpres 2019 disebabkan ketakutan jago Istana kalah di pesta demokrasi itu. Padahal calon tunggal merupakan kemunduran demokrasi.
Demikian disampaikan pengamat politik Muslim Arbi di Surabaya, Selasa (13/3/2018).
“Mestinya, Istana dan koalisi tidak ketakutan. Mereka wajib membuka ruang untuk banyak capres peserta pemilu 2019. Ada 15 Partai pada Pemilu 2019,” kata dia.
“Mestinya ada 15 capres. Setiap parpol peserta pemilu diberi hak agar dapat memajukan capres sendiri-sendiri. Ini malah tidak, capres 2019 dibanderol dengan PT 20%,” kecewa Muslim.
Wacana calon tunggal capres, terlihat dikemas dengan berbagai cara dan manuver. Tapi, Muslim melanjutkan, rakyat sudah semakin cerdas. Sehingga pengguliran capres tunggal merupakan bunuh diri secara politik.
“Wacana calon tunggal ini adalah demi kepentingan oligarki parpol dan Pemodal. Anda ingatkan pada Pilpres 2014, semua media besardi kuasai dan tiap hari yang ada adalah Jokowi dan iklannya. Berapa dana habis untuk itu? Anda tahukan siapa pemilik modal di Negeri ini? Setelah itu sejumlah proyek bermasalah pun muncul, semisal reklamasi, Meikarta dan sebagainya,” beber dia.
Oleh karenanya, Muslim melanjutkan, jangan mengulangi lagi capres dan presiden boneka di 2019. Terlalu mahal mempertaruhkan nasib negeri ini di tangan oligarki parpol dan kaum pemodal.
“Dan Pemilu 2019 adalah bukan sejenis permainan dadu di meja judi,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh