KedaiPena.com – Beberapa hari terakhir, muncul video viral tentang pusaran arus laut, yang terlihat sangat dekat dengan dermaga. Setelah ditelurusi, ternyata video tersebut diunggah pertama kali pada tahun 2021.
Dalam video tersebut terlihat adanya pusaran arus laut yang kuat dengan diameter yang cukup panjang, berpusar di depan dermaga dengan arah pusaran berlawanan dengan arah putaran jarum jam.
Menanggapi video tersebut, Peneliti Ahli utama Bidang Oseanografi Terapan dan Manajemen Pesisir, pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Widodo Setiyo Pranowo memaparkan, secara teoritik, pusaran arus laut bisa terjadi akibat adanya pertemuan 2 sistem aliran massa air yang berbeda densitasnya, atau berbeda kecepatan arusnya.
“Pertemuan tersebut bisa membangkitkan pusaran arus laut yang berpusar searah putaran jarum jam (rotate clockwise) maupun yang berpusar berlawanan dengan jarum jam (rotate anti-clockwise),” kata Widodo saat dihubungi, Kamis (16/5/2024).
Ia menyampaikan sirkulasi massa air di Selat Pantar, sangat dipengaruhi oleh kondisi fisiografi selat yang sempit, terdapat pulau-pulau kecil, namun memiliki kondisi kedalaman laut (batimetri) yang cukup dalam.
“Massa air yang dari Laut Flores ketika memasuki Selat Pantar yang sempit menjadikan debit air terkompresi sehingga meningkat kecepatannya. Ketika melewati celah-celah sempit di antara pulau-pulau kecil didalamnya, bisa menciptakan sub aliran-aliran, yang kemudian ketika saling bertemu akan menciptakan pusaran arus laut,” papar Pengajar di Prodi S2 Oseanografi, Sekolah Tinggi Teknologi TNI Angkatan Laut (STTAL) ini.
Widodo juga menyampaikan densitas massa air laut di Selat Pantar, sangat tergantung dari sirkulasi massa air Laut Flores dan Laut Sawu. Dimana, secara lebih kompleks maka sirkulasi massa air laut di Laut Flores dan Laut Sawu berhubungan erat dengan sirkulasi massa air dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Massa air dari Samudera Pasifik, mengalir menuju ke Laut Sulawesi, lalu belok ke Selat Makassar, kemudian belok ke Laut Flores. Dari Laut Flores, massa air tersebut ada yang mengalir ke Laut Banda kemudian berbelok ke Selat Ombai, lalu mengalir ke Laut Sawu.
Sebaliknya, massa air yang dibawa oleh penjalaran gelombang pasang surut dari Samudera Hindia, juga berkesempatan mengalir menuju Laut Sawu, mengalir melewati Selat Pantar dan Selat Alor menuju Laut Flores.
Secara teori, di bumi belahan selatan (BBS), pusaran arus yang searah putaran jarum jam disebut sebagai ‘cyclonic eddy current’ yang bisa menyebabkan upwelling atau massa air laut dari lapisan yang lebih dalam bergerak menuju ke lapisan yang lebih dangkal.
Sedangkan pusaran arus yang berlawanan dengan arah putaran jarum jam disebut sebagai ‘anti-cyclonic eddy current’ yang bisa menyebabkan downwelling atau massa air di lapisan permukaan bergerak turun atau tenggelam menuju ke lapisan lebih dalam.
“Video viral di Selat Mulut Kumbang, Alor, Provinsi Nusa Tenggara memperlihatkan adanya pusaran arus laut yang kuat dengan diameter yang cukup panjang, berpusar di depan dermaga dengan arah pusaran berlawanan dengan arah putaran jarum jam (anti-cyclonic eddy), menyebabkan downwelling, sehingga sangatlah berbahaya apabila ada benda dengan ukuran diameter yang yang lebih pendek daripada diameter pusaran arus tersebut, maka akan tersedot masuk kedalam laut,” ungkap Widodo.
Semakin cepat pusaran arus ‘downwelling’, lanjutnya, maka akan semakin cepat menarik masuk kedalam benda di tepian pusaran hinga terjebak didalam lingkaran pusaran, tersedot masuk ke pusat pusaran arus tersebut.
Namun, pusaran arus di Selat Mulut Kumbang tidak selamanya bersifat ‘downwelling’, pada waktu-waktu tertentu, ada pusaran arus yang bersifat ‘upwelling’, membawa massa air bersuhu dingin dari lapisan yang lebih dalam menuju ke lapisan permukaan.
“Massa air dingin ini kemudian akan sedikit membekukan ikan-ikan, sehingga ikan berenangnya sangat lamban, dan dengan mudah ditangkap hanya dengan menggunakan tangan oleh warga setempat,” ungkapnya lagi.
Sebagai tambahan, Anggota Dewan Penasehat Korea-Indonesia Marine Technology Cooperation and Research Center (MTCRC) ini menyampaikan Selat Pantar memiliki kondisi kedalaman laut (batimetri) yang sangat unik dan kompleks, karena memiliki batimetri yang cukup dalam.
“Batimetri di mulut utara Selat lebih dari 300 meteran, kemudian di mulut selatan Selat Pantar batimetrinya mencapai 780 meter. Sedangkan didalam Selat, kedalamannya jauh lebih dalam, yakni berkisar 400an hingga 1070 meter. Bisa dibayangkan dalamnya laut Selat Pantar adalah lebih dari 1 kilometer. Jadi, Selat Pantar lebih dalam daripada Selat Lombok, Selat Bali, bahkan Selat Madura,” tuturnya.
Dan Selat Mulut Kumbang, sebagai lokasi pusaran arus laut yang viral, adalah berada di salah satu sisi di dalam Selat Pantar. Ketika melihat kondisi kedalaman (batimetri) Selat Mulut Kumbang, adalah sangat unik dan menarik.
“Selat Mulut Kumbang adalah selat pendek, dengan panjang kurang dari 1 kilometer, berada di antara Pulau Alor Kecil dan Pulau Nuhakepa. Kedalaman laut di utara dan selatan Selat, sekitar 30 an meter. Lebih detilnya, kedalaman di utara Selat adalah 30 meter, dan di selatan selat adalah 32 meter,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa