SUATU hari saya bersama para peserta Leadership Program dan beberapa senior mentor sedang berada di sebuah toko buku terkenal di Jakarta. Sore itu kami sedang mengerjakan sebuah project pengembangan sumber daya manusia-sehingga kami dengan teliti berusaha membaca beberapa buku serius seperti leadership, business dan management.
Seperti umumnya suasana toko buku yang nyaman, hening dan tenang terlihat banyak pengunjung lain sedang asik membaca apa yang menjadi minatnya masing-masing. Tentunya sebagai pengunjung yang beradab maka rombongan kami juga berusaha untuk menjaga ketenangan di sana, padahal kami diberikan target waktu yang harus dipenuhi yaitu membaca secara cepat apa isi dari buku-buku tersebut.
Tiba-tiba, masuklah komplotan pria-pria dengan penampilan sangat maskulin, berbadan atletis, penampilan mereka seperti rock star, rambut gondrong dan tentu saja banyak diantaranya yang tubuhnya penuh tatoo. Terus terang, saya heran sebenarnya mereka mau apa di toko buku ini? Tidak ada di antara mereka yang mencari buku atau majalah, mereka hanya tertawa-tawa, berisik dan tidak menghiraukan pengunjung lain yang merasa terganggu dengan suara mereka.
Tidak sengaja saya mendengar pengunjung lain dan beberapa anggota rombongan yang wanita saling berbisik kepada rekannya, menurut para wanita ini komplotan pria-pria tadi sebenarnya lumayan keren, jantan walau agak bad boy tapi trendy.
Ternyata dugaan saya benar, mereka memang tidak ingin membeli apapun di toko buku tersebut. Saya mendengar dengan jelas suara pria yang berbadan paling besar dia bilang “ayo cepetan ke toiletnya bro. Kita tunggu di sini aja yaakâ€â€¦ Setelah ucapan itu, sekitar 4 orang pria langsung jalan terpisah dan terlihat menuju ke bagian belakang kasir tempat di mana toilet berada.
Konsentrasi saya kemudian terpecah antara harus mengawasi anggota rombongan yang sedang mengerjakan project membaca dan melihat tingkah laku pria-pria super cool tadi. Sambil menunggu rekannya kembali dari toilet, mereka ini malah asyik bernyanyi mengikuti lirik lagu yang sedang diputar di toko buku tersebut. Kebetulan pada saat itu lagu yang diputar berirama slow rock.
Mereka jelas tidak peduli dengan pengunjung lain yang sudah semakin kesal bahkan ingin marah, tetapi tidak ada seorangpun yang berani menegur komplotan ini secara langsung.
Untungnya suasana yang menyebalkan ini tidak berlangsung lama, karena 4 orang rekan pria yang tadi pergi ke toilet terlihat sedang berlari untuk bergabung kembali dengan komplotan mereka. Saat ini mereka pindah ke dekat seksi buku leadership artinya pria-pria macho ini sudah berada sangat dekat dengan tempat rombongan kami berada.
Secara alamiah saya akhirnya maju ke depan untuk menegur salah satu dari mereka dan meminta agar suaranya tidak terlalu berisik. Tetapi belum sempat saya bicara apapun kepada mereka, mendadak seorang pria yang berdiri di paling ujung, badannya terlihat ada tatoo naga serta memakai kaos hitam bertuliskan Harley Davidson, dia berteriak keras sekali “Woooii awaaass…. Ada tikuuus brooo!!!â€.
Kaget mendengar teriakan pria ini, membuat beberapa pria dari komplotan tadi spontan naik ke kursi mebel, sisanya dengan muka panik sibuk mencari-cari kemana gerangan si tikus berlari.
Saya melihat seekor tikus kecil di lorong buku sedang ketakutan, ternyata hal ini membuat 3 pria tadi mulai berlari, bahkan sambil angkat-angkat kaki, terlihat muka mereka sangat cemas sambil terus berteriak “Ayo, ayo, cabut yuk aaahh… males banget niiih!!”
Melihat kejadian ini banyak pengunjung wanita yang tertawa terbahak-bahak. Mereka tidak menyangka kalau komplotan pria-pria maskulin, rambut gondrong dan berbadan seperti atlit binaraga ternyata takut sama seekor tikus kecil. Tanpa sadar saya berjalan mendekati salah satu pria yang terlihat paling pengecut, kemudian saya berteriak keras “Tikuuuussnya deket eluu brooo… buruan kabuuur brooo… “
Pria itu pun langsung kabur sambil teriak: “Biar mampus… Eeehh dasar tikus kam***eettt… !@#$%â€.
Oleh Ivan Taufiza, Pengasuh Kanal Vere Humanum