KETIKA saya menerima undangan Reuni SMP, saya langsung berpikir acara ini pasti bakal menyenangkan. Saya bisa bertemu dan melihat kembali semua teman yang dulu pernah saya kenal, sambal mencari tahu apa yang yang telah mereka alami selama 30 puluh tahun terakhir ini.
Sudah bertahun-tahun sejak lulus SMP, saya belum pernah datang ke acara reuni. Terlalu sibuk bekerja, mengerjakan tugas dari satu negara ke negara lain, atau terjebak dengan jadwal aktivitas kehidupan lainnya.
Tapi undangan kali ini sangat berbeda, dan saya memutuskan untuk hadir lebih awal agar punya waktu lebih banyak untuk bertemu dengan sahabat lama.
Akhirnya saya tiba di lokasi acara satu setengah jam dari rencana. Setelah sempat salah masuk dan berkeliaran di sekitar resort yang begitu luas, saya langsung mengisi buku tamu di bagian depan.
Sementara mencoba mengenali orang-orang yang sudah hadir terlebih dahulu dan saya berusaha untuk mengenalkan diri dengan sopan. Saya memiliki kekuatan di atas rata-rata untuk mengingat wajah, dan terbukti hampir semuanya dengan mudah saya kenali.
Tapi bagian otak saya yang lain, kerap berkhianat kalau sudah berurusan dengan nama orang! Maka dengan modal senyuman dan mencuri pandang tempelan nama di dada untuk pura-pura saling mengenal, tidak ada yang mau mengakui kalau kita sebenarnya sudah mendekati pikun.
Sampai akhirnya saya melihat seseorang teman lama yang wajah dan namanya masih sangat saya hapal. Dulu pria ini adalah salah satu komplotan main basket yang sangat menyenangkan. Naaahh iya benar!! Dan dia ternyata masih menguji saya, dengan kalimat klasik “apakah kamu masih ingat dengan saya?â€
Saya menjawab “tentu masih ingat, siapa lagi,” balas saya sambil menunjuk bekas kumis dan jenggotnya. Pada sat SMP, tidak ada seorang anak yang memiliki kumis dan jenggot selebat dirinya. Dan saya sangat senang! Teman lama ini tidak pernah berubah, masih sangat halus, rendah hati dan humoris pikir saya, kecuali kita sekarang semua sudah tua!
Tidak lama kemudian saya melihat teman sekelas yang terkenal paling kocak dan bisa mengalahkan stand up comedian paling top sekalipun, kehidupan selalu terasa ringan baginya, seakan dia tidak pernah menghadapi persoalan yang rumit, bicaranya blak-blakan, spontan dan jujur, dan temannya luar biasa dari banyak kalangan.
Walau sudah banyak kerutan di wajahnya, saya diam-diam senang karena sudah lama sekali tidak bertemu dan bercanda dengannya, jika dilihat dari jauh, kami ini seperti komplotan orang tua yang senang tertawa ngakak.
Di acara reuni ini, seluruh peserta mengenakan kaos seragam tentunya sesuai dengan tahun angkatan masing-masing. Saya juga memakai kaos seragam yang sama, tapi di balik itu saya merasa kalau semua yang hadir baik itu laki-laki maupun perempuan terlihat begitu bahagia. Hal ini mungkin karena di hati kami saat ini kembali ke usia 15 tahun yaitu usia yang paling tepat untuk bersenang-senang dengan teman.
Ternyata bahagia itu memang sederhana, jangan lewatkan untuk hadir di acara reuni sekolah kita. Karena di acara seperti ini kita bisa melihat foto-foto lama diri kita, dan dibawa sadar kita akan bersyukur kalau kita sudah menjalani kehidupan selama itu.
Kita akan memikirkan orang-orang dekat yang sudah tiada tapi merekalah yang sudah membantu dan menemani kita dimasa sekolah dulu seperti kedua orang tua, guru atau juga kakek dan nenek.
Kita juga merindukan teman-teman yang tidak hadir, dan bertanya-tanya di mana mereka berada saat ini? bagaimana keadaan mereka?
Kita melihat teman lama dalam aura dan energi yang berbeda, aura yang lebih bijak.
Kita merindukan teman baik yang telah meninggal dunia dan menyadari betapa bijaksana kita hari ini.
Kita banyak tertawa.
Teman kita yang dulu kutu buku sekarang adalah seorang dokter yang terkenal dan sukses.
Kita melihat teman yang hadir seperti yang kita lihat puluhan tahun yang lalu. Kita masih menganggap mereka berusia 15 tahun.
Kita menyadari kalau hidup itu sangat singkat. Nikmati saja saat-saat seperti sekarang ini.
Kita bisa menghidupkan kembali persahabatan lama, dan berusaha untuk menjaga hubungan baik.
Kita coba untuk merenung saat ini, kalau kita sadar bahwa dalam selimut kehidupan, suasana batin penuh kebahagiaan itu bisa kita dapatkan dengan hadir di sebuah reuni sekolah!
Oleh Ivan Taufiza, Pengasuh Kanal Vere Humanum