Indonesia sangat terkenal dengan banyaknya pulau, tempat wisata dengan kekayaan daerah yang sangat luar biasa. Uniknya dari setiap daerah di Indonesia juga menawarkan keragaman makanan atau kuliner yang kerap membuat lidah banyak orang bergoyang.
Begitu banyaknya pilihan, ragam serta menu makanan yang ada di Indonesia, maka sangat aneh dan sulit di mengerti oleh saya kalau ada rekan kerja yang memilih hanya 1 jenis menu makan siang yang sama selama bertahun-tahun.
Saya memiliki 3 orang rekan kerja di kantor pusat Jakarta. Namanya Pak Adit, Pak Reza dan Pak Satiri. Ketiganya sudah saling kenal sejak mereka masih kuliah di salah satu PTN ternama di Republik ini. Kebetulan mereka masing-masing berasal dari daerah yang berbeda-beda.
Pak Adit bersuku Jawa, Pak Reza berdarah Aceh serta Pak Satiri yang asli Betawi. Karir mereka bertiga terkenal sukses dan maju, kebetulan mereka bekerja di lantai 18, lantai tertinggi di gedung tempat kami bekerja. Karena berada di lantai yang sama, dan sudah lama saling mengenal mereka selalu makan siang bersama di salah satu sudut ruangan di lantai-18 itu.
Setiap hari mereka membawa bekal sendiri selama 4 tahun penuh. Dan siang itu mereka menyantap bekal siang masing-masing sambil ngobrol.
Adit: “Rasanya bosan nih dengan bekal makan siang saya. Selalu nasi goreng yang ini-ini saja.”
Reza: “Aku juga Dit. Setiap siang selalu makan siomay. Mulai eneg rasanya!”
Satiri : “Gue juga! Selalu mie goreng dengan telur ceplok! Kenape kagak pernah soto betawi yee!!”
Suasana mendadak sunyi… kemudian
Adit: “Kita harus bilang ke istri kita di rumah. Mereka harusnya bisa sedikit lebih mengerti perasaan suami…”
Reza : “Kalau begitu nanti malam kita masing-masing bilang ke istri kita. Bagaimana?”
Adit: “Boleh tapi kalau besok masih tetap makanan yang sama seperti hari ini bagaimana?”
Satiri: “Gue usul,.. kita loncat aja dari gedung ini, lewat jendela darurat di ujung!” (sambil menunjuk ke salah satu jendela di sudut ruangan)
Adit: “OK! Biar mereka tahu rasa jika harus hidup tanpa kita!”
Reza: “Aku setuju. Kita buktikan bagaimana perhatian dan kepedulian mereka ke kita.”
Mereka bertiga pulang dengan riang gembira, mengingat besok akan membawa menu makan siang yang berbeda sejak 4 tahun terakhir.
Keesokan paginya, ketiga sahabat tadi berangkat dari rumah masing-masing dengan perasaan senang campur cemas. Apabila istri mereka tidak mengindahkan percakapan semalam, ini adalah hari terakhir untuk mereka bertiga.
Dan saat makan siang yang mendebarkan itu tiba…
Adit: “Tadi siapa yang ngintip isi makan siang kita hari ini??”
Reza: “Saya tidak!”
Satiri: “Gue juga nggak.”
Adit: “Kalau begitu bisa kita mulai..” Ucapnya sambil menarik napas dalam-dalam. “saya duluan yaa soalnya saya yakin istri saya sangat perhatian dan mau mendengar setiap keluhan saya.”
Perlahan Pak Adit membuka bungkus bekal makan siangnya, dan …..
Adit : “Jiaaahh, nasi goreng lagi……!” Dengan bercucuran air mata dia memeluk kedua sahabatnya. Dan dia melompat dari jendela lantai 18.. Tewas seketika.
Reza: “Giliranku bro..!” (sesaat kemudian)… “Uchh!! Siomay lagi…!! Terkutuklah istriku!.. selamat tinggal bro.. ” dan loncatan yang indah mengakhiri hidup Pak Reza.
Akhirnya Pak Satiri membuka bekalnya,.. dia juga menyusul nasib kedua sahabatnya. Ya, kotak bekal siangnya berisi menu yang sama yaitu mie goreng dengan telur ceplok!
Di tengah suasana pemakaman yang mengharukan. Mereka bertiga dikuburkan berjajar. Terdengar tangis histeris istri-istri mereka. Ditengah isak tangis tersebut, ketiga istri sahabat tadi saling menumpahkan penyesalan mereka.
Istri Adit : “Selama 4 tahun selalu makan siang dengan nasi goreng, kenapa sekarang jadi tragis begini ini? huu..huuu..”
Istri Reza : “Siomay adalah kegemarannya sejak kecil, saya mendengar sendiri dari Ibu Mertua saya! Hik.. ihikk..”
Istri Satiri : “Ane kagak ngarti niih ame Bang Satiri!! Laah dia sendiri yang nyiapin bekal makan siangnya tiap pagi!!!”…
😊😛😂
Oleh Ivan Taufiza, Penulis Buku Membangun SDM Indonesia Emas dan pengasuh kolom Vere Humanum