INDONESIA adalah salah satu dari sedikit bangsa di dunia yang telah melahirkan sejumlah tokoh perempuan pemberani di sepanjang sejarah bangsanya.
Perempuan yang telah memberikan inspirasi, pencerahan batin, bahkan sampai pengorbanan jiwa dan raga melawan penjajah asing. Sebut saja mulai dari Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, R.A. Kartini, Dewi Sartika, Waranda Maramis, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.
Bahkan Indonesia memiliki tiga orang perempuan yang pernah berkuasa menjadi kepala negara yaitu Sultanah Sri Ratu Tadjul Alam Syafiatuddin Johan berdaulat dari Aceh, Keumalahayati yang berpangkat laksamana pemimpin armada laut kerajaan Aceh dan Siti Aisah We Tenriolle dari Sulawesi Selatan. Mereka ini adalah “Grandes Dames” atau perempuan-perempuan hebat yang berperan penting di kancah politik maupun pertempuran di tanah air.
Jadi menurut saya emansipasi itu hakekatnya adalah sebuah perjuangan. Emansipasi bukan dalam bentuk seremonial belaka, tetapi substansinya adalah perjuangan mengangkat  kesejahteraan kaum perempuan, persamaan hak-hak antara perempuan dan pria di banyak bidang, penghapusan tindak kekerasan terhadap perempuan tanpa melupakan kodrat dan fitrahnya sebagai sejatinya perempuan yang mulia.
Saya pribadi sangat beruntung karena telah dibesarkan dan dikelilingi oleh perempuan-perempuan yang luar biasa. Saya melihat dan merasakan sendiri bagaimana peran dan perjuangan dari Ibu kandung, Istri saya dan Ibu Mertua karena mereka ini adalah perempuan-perempuan pejuang bagi keluarga besar kami.
Istri saya dengan latar belakang pendidikan sekolahnya di luar negeri, kemapanan sosial dan keluarganya yang sangat baik bahkan memilih jalan pengabdian sebagai pegawai BUMN retail pertama di Indonesia dan menolak untuk bekerja di perusahaan asing yang menawarkan gaji jauh lebih besar.
Dari ketiga perempuan-perempuan hebat yang berada di sekeliling saya, terlihat dengan jelas potret, dinamika dan hakekat emansipasi perempuan Indonesia.
Membaca sejarah panjang perjuangan kaum perempuan di Indonesia, sebenarnya embrio emansipasi di sepanjang bumi nusantara lahir, tumbuh dan berkembang dari kearifan lokal. Berasal dari pemahaman yang mendalam tentang budaya, adat istiadat, nilai ketimuran, ajaran nenek moyang serta kepercayaan dan agama yang dianut adalah akar dari emansipasi perempuan nusantara.
RA Kartini sudah tentu menjadi salah satu tokoh emansipasi perempuan Indonesia. Latar belakang beliau yang mampu menguasasi beberapa bahasa asing pada jamannya telah berusaha memajukan dan memperluas wawasan kaum perempuan pribumi agar memiliki hak mendapatkan pendidikan yang setara dengan kaum pria.
Kartini adalah sebuah inspirasi bagi kaum perempuan yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk memperjuangkan serta merubah nasib kaum perempuan menjadi lebih mulia dan bermartabat.
Door Duisternis Tot Licht. Minazh-Zhulumaati ilan-Nuur. Dari gelap kepada cahaya. Selamat Hari Kartini.
Oleh Ivan Taufiza, Pengasuh Kanal Vere Humanum