Kita semua mengetahui bahwa perayaan Hari Raya Idul Adha atau juga dikenal dengan Hari Raya Qurban berasal dari kisah keteladanan yang mulia dari Nabi Ibrahim a.s dan keikhlasan Nabi Ismail a.s. Ini adalah kisah yang dimulai dengan kesulitan, keraguan dan tentang ujian Tuhan kepada umat manusia. Dari sanalah tradisi qurban terus berlangsung sampai dengan hari ini. Qurban sendiri dalam bahasa Arab artinya dekat, maka ibadah qurban berarti menyembelih hewan sebagai ibadah untuk mendekatkan diri manusia kepada Allah.
Hari Raya Idul Adha juga menandai berakhirnya ibadah haji. Namun keindahan kisah diatas sekarang sudah ternoda. Mayoritas orang melihat Idul Adha hanyalah sebuah perayaan hari libur dari sebuah peristiwa yang pernah terjadi sekian ribu tahun yang lalu, kesempatan untuk beristirahat dari pekerjaan rutin, sepertinya banyak orang lupa akan substansi dan pesan luhur di balik perayaan qurban tersebut.
Selama berabad-abad lamanya, makna hakiki perayaan qurban adalah tentang nilai kesederhanaan, iman, amal serta kasih sayang. Sebuah perayaan tentang bagaimana manusia yang kebetulan memiliki kehidupan yang lebih baik dengan tulus memberi makanan, uang, air serta kebutuhan lain yang dibutuhkan oleh saudaranya yang fakir dan miskin. Namun sekarang, entah mengapa perayaan qurban telah berubah menjadi tentang siapa yang bisa memakai barang bermerek, mengendarai kendaraan mengkilap atau bahkan berkumpul di rumah makan terkenal. Banyak uang yang dihabiskan untuk membeli pakaian, makanan, perayaan, bahkan sampai melakukan perjalanan ke luar negeri untuk mengisi waktu hari libur panjang.
Sementara itu, sekitar 30 juta penduduk Indonesia saat ini masih harus terbangun dari tidurnya dengan penuh kemiskinan, kesulitan dan ketidakadilan. Saudara kita ini harus menatap megahnya perayaan qurban melalui tempat sampah, bilik yang kumuh, pakaian lusuh serta makanan seadanya.
Islam penuh dengan ajaran tentang kasih sayang yang demikian lengkap. Bahkan adab atau tata cara untuk melakukan pemotongan hewan qurban yang penuh kasih sayang harus mengikuti aturan yang ketat. Islam jelas melarang pelecehan terhadap hewan, pemilihan hewan qurban harus mengikuti syarat dan ketentuan. Hewan qurban wajib dipelihara dengan baik, diberi makan dan minum dengan teratur di tempat yang memadai. Lokasi hewan yang akan dipotong tidak boleh berada di depan hewan qurban yang lain. Penggunaan pisau yang tajam untuk pemotongan hewan adalah sebuah keharusan, serta masih banyak lagi ketentuan yang mengatur prosesi qurban secara rinci.
Namun entah mengapa, banyak orang yang seolah lupa dengan tidak lagi mengikuti tata cara ibadah qurban secara lengkap. Sebaliknya, hewan-hewan ini mengalami penyiksaan baik saat berada di kandang, menjelang dan saat proses pemotongan. Semakin banyak orang yang hanya gemar menonton, bersorak gembira tanpa memahami bahwa perilaku mereka justru telah menjauhi hakekat dari ibadah qurban itu sendiri yaitu qurban adalah mensyukuri nikmat Allah dan harus disertai dengan taqwa.
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan darimulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untukmu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepadamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. ~ QS. Al-Hajj: 37.
Semoga Allah menerima dan melimpahkan keberkahan atas ibadah qurban kita, keluarga dan para sahabat… Aamiin
Oleh Ivan Taufiza, Penulis Buku Membangun SDM Indonesia Emas dan Pengasuh Kolom Vere Humanum