SAYA selalu mencoba bersikap baik apabila ada orang yang kasar di sekitar. Saya mencoba untuk tersenyum dan sengaja bergerak menjauh karena mungkin mereka mengalami hari yang buruk. Mungkin saja mereka sebenarnya tidak bermaksud seperti itu. Mungkin mereka sama sekali tidak sadar bahwa perilaku mereka dapat membuat orang lain terasa menyakitkan.
Suatu hari saya berada di sebuah kantin yang ramai dengan karyawan. Kami antri untuk sebuah bilik makanan di tengah kerumunan orang yang juga bergegas untuk mebeli. Hanya ada satu celah kosong yang memisahkan antrian saya dengan rekan kantor kami tapi itu cukup bagi seorang wanita untuk masuk ke depan saya.
Saya tidak terlalu memperhatikan sampai dia terus mendorong teman di depan saya tadi dan kemudian dia melihat ke belakang sambal memanggil komplotan orang di belakangnya untuk masuk ke dalam jalur antrian. “Mohon maaf ya Pak, tapi saya tadi memang bersama dengan mereka ini”.
“Permisiiiii!'” Bilang wanita tadi dengan suara falseto ala kambing menyalak.
“Permisi Ibu,” kata saya dengan lembut tetapi memotong jalur antrian dan tidak memberi dia jalan.
Wanita itu berjalan melewati saya sambil bergumam. Dia cerita ke temannya tentang bagaimana orang-orang hari ini banyak yang berlaku kasar terhadap dirinya. Entah apa maksud dia ngomong begitu di depan saya. Rasanya justru dia yang memperlakukan saya dengan konyol dan kasar. Secara reflek saya membalas wanita tadi dengan teriak: “Eeehhh jaga mulut kamu yaa? Situ mau ngajak rebut?â€
Wanita itu kaget dan berhenti bergumam, komplotan teman-temannya mendadak menatap tajam ke arah saya. Mendadak ada kejadian yang anehnya, di telinga saya seperti mendengar sebuah bisikan mistis “kamu tidak bisa mengendalikan bagaimana orang lain memperlakukan dirimu, tapi kamu harus bertanggung jawab bagaimana kamu memperlakukan orang lainâ€.
Setelah agak kikuk, saya kemudian berbalik dan meminta maaf kepada wanita tadi. Anda tahu apa yang terjadi? Begitu saya mulai meminta maaf, wanita itu juga langsung meminta maaf. Wooww! Dia mungkin hanya seorang wanita yang lelah bekerja karena terpaksa melayani seorang pimpinan yang sadis. Akhirnya saya merasa jauh lebih baik! Ternyata memang sikap yang baik akan berbuah kebaikan. Meskipun kita pribadi tidak selalu melihat buahnya, tetapi pasti ada orang lain yang akan merasakannya!
Beberapa saat kemudian wanita tadi dan komplotannya menjadi begitu sopan, halus bahkan mempersilahkan saya untuk maju ke antrian paling depan, dan salah seorang teman prianya ternyata mengenali company name tag yang saya pakai sambil berkata: “Bapak kerja di perusahaan asing itu? Waah keren nih, Bapak kerja di bagian apa? Engineering, Project atau IT?”
Saya menjawab dengan rendah hati: “Bukan Mas, saya di bagian HRDâ€
Serentak semua orang di antrian menoleh kepada saya, dan salah seorang dari mereka berteriak dengan nada tujuh oktaf KW 3 alias cempreng: “Ngapain juga orang nih HRD ikutan makan di kantin sini….Iiiihhh dasar mata-mata, company man, cuuiiihhâ€
Ternyata walaupun kita sudah berusaha keras dan ingin sekali menjadi orang baik, tolong pastikan kita tidak tersesat di sarang penyamun.
Oleh Ivan Taufiza, Pengasuh Kanal Vere Humanum