BEBERAPA minggu yang lalu banyak diantara kita yang mengalami shock. Sejumlah media melaporkan pencabutan subsidi listrik kepada pelanggan daya 900 VA secara bertahap, kebijakan ini memiliki dampak langsung yang cukup besar khususnya kepada kalangan kelas ekonomi menengah ke bawah.
Jangan lupa bahwa kelompok 900 VA ini terdiri dari kalangan pekerja informal dan kelas menengah bawah. Dampak ekonomi yang timbul terhadap kesejahteraan mereka harus diperhatikan jangan sampai belanja rumah tangga terganggu. Apalagi kenaikan tarif listrik kali ini terjadi bersamaan dengan kenaikan harga pangan, biaya perpanjangan surat kendaraan bermotor, dan ongkos angkutan.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kenaikan harga bahan bakar minyak, dan tarif listrik 900 VA berkontribusi pada lonjakan inflasi nasional sebesar 0,97 persen, pada Januari 2017. Akibatnya tidak ada satu pun kota dari 82 kota indeks harga konsumen, yang disurvei oleh BPS, mengalami deflasi.
Tidak lama setelah membaca kebijakan tersebut, seluruh jagad raya Whatsapp, SMS, Telepon dan Sosial Media lainnya bergetar dengan keras. Orang-orang mulai mengeluh, memberitahu dan berdiskusi panas dengan komplotan mereka, tentunya dengan topik dampak kenaikan harga listrik yang semakin mencekik.
Substansi dari kenaikan harga listrik ini sebenarnya karena krisis yaitu masih besarnya defisit pasokan listrik di seluruh tanah air yang belum bisa diselesaikan secara tuntas.
Sejak beberapa tahun lalu kekhawatiran krisis listrik sudah kerap terdengar. Pemadaman secara bergilir (baca: mati lampu bikin pelanggan mati gaya) di banyak wilayah sudah menjadi santapan sehari-hari. Mati lampu hanyalah puncak dari gunung es krisis listrik di negeri ini yang ironisnya memiliki yang begitu banyak sumber energi.
Potensi sumber energi tersedia melimpah mulai dari tenaga air, panas bumi, bioenergi dst tidak hanya sumber energi fosil atau batu bara.
Pemadaman listrik atau mati lampu telah membuat banyak orang galau. Selain merusak sejumlah perangkat elektronik penting rumah tangga seperti Televisi, AC, Mesin Cuci dst dan membuat aktifitas pekerjaan juga sangat terganggu. Sejumlah teman saya pun bercerita bagaimana cara mereka bisa tetap bekerja dan online.
Ketika pemadaman bergilir terjadi, maka tempat-tempat yang masih menyala salah satunya adalah kafe atau restoran. Maka teman saya dan keluarganya langsung boyongan pindah nongkrong ke Kafe. Hal pertama yang mereka cari bukan menu makanan atau minuman tapi tempat colokan listrik untuk charge baterai handphone dan laptop.
“Kita tidak bisa kerja, laptop mati, handphone juga mati dan tidak bisa online†tutur teman saya yang kali ini datang bersama sang istri.
Lain lagi cerita saudara saya yang masih kuliah “Saya dan teman-teman kampus memilih datang ke pusat layanan percetakan 24 jam yang terdapat di dekat kampus, di situ ada genset dari pihak pengelola. Kita bisa charge HP dan laptop sekaligus tersedia free wifi sehingga bisa terus online.
Saya selalu tertawa geli saat membaca beragam meme yang tayang di dunia maya ketika terjadi mati lampu:
Terima kasih PLN, berkat kamu malam ini menjadi lebih romantis dari biasanya…. Lilin dimana-mana.
PLN liat muka saya… Gak keliatan khaaan? Makanya buruan nyalain lampunya!!
Tidak ada perusahaan di dunia ini yang paling sering ngasih surprise… Selain PLN.
Saat hidup gak pernah dipuji, saat mati dimaki-maki… PLN.
Halo PLN… Listrike pateni sampe taon ngarep.
Calon dirut PLN dambaan rakyat… Sandi Sandoro “Tak Pernah Padamâ€