PADA tahun 1994, teman baik saya yang bernama Agung berhasil lulus sarjana dengan nilai yang sangat memuaskan dari Perbanas. Saat itu dia masih tinggal di tempat kos mahasiswa kampus di Jakarta. Sepanjang ingatan saya, Agung selalu serius dan belajar lebih keras dibandingkan teman-teman mahasiswa lainnya.
Pada semester keenam Agung sempat bekerja magang di sebuah biro iklan yang cukup terkenal. Kebetulan salah satu orang tua teman sekelas kami adalah seorang senior manager yang juga bekerja di biro iklan tersebut. Mereka ini adalah orang-orang baik yang senang membantu orang lain. Suatu hari di terjadi sesuatu kejadian tidak terlupakan saat Agung berangkat ke biro iklan tersebut.
Pagi itu Agung bertemu dengan seorang wanita muda yang cantik. Wanita itu dan Agung memegang tiang yang sama di tengah bis yang mereka tumpangi. Karena semakin banyak penumpang yang masuk ke dalam bis, maka posisi mereka berdua semakin rapat.
Beberapa kali tangan mereka berdua sempat bersentuhan. Dengan sopan kemudian Agung menurunkan pegangan tangannya ke tiang bagian bawah. Wanita itu melirik ke arah Agung sambil tersenyum. Agung saat itu sedang memegang sebuah tas besar di tangan kiri dan sebuah Kamera SLR manual tergantung di badan sebelah kanan.
Tidak lama wanita itu bergeser, dan tanpa di sengaja bagian belakang tangan Agung yang memegang tas besar menyentuh bagian belakang pahanya yang terbuka. Wanita itu diam saja, penumpang lain juga diam mungkin karena bis yang terus bergoyang untuk mengejar setoran. Sempurna.
Wanita itu mengenakan kemeja kuning dengan bunga di atasnya. Agung mulai memperhatikan dengan seksama namun dia tidak bisa melakukan kontak mata dengannya. Karena banyak penumpang yang semakin berdesakan posisi mereka berdua semakin dekat dan rapat. Rambut wanita itu sempat bertiup ke di wajah Agung dan baunya wangi sekali.
Pikiran Agung terbang melayang, sudah jelas hari itu adalah perjalanan bis terbaik dalam hidupnya. Wanita itu kemudian turun di daerah Mampang, Agung kemudian berpikir keras apakah dia akan mengejar wanita tadi? Kemudian dia memutuskan tidak, karena pagi ini ada sebuah presentasi produk penting dengan klien dan lokasi kantornya masih jauh di Kuningan.
Kepala Agung terasa berputar, pusing dan dada berdebar keras, wanita tadi begitu dekat dengannya sehingga dia masih bisa mencium aroma parfumnya. Sampai akhirnya Agung turun dari bis untuk berjalan kaki ke tempatnya bekerja magang.
Agung adalah karyawan yang pertama tiba di ruangannya, karena masih sepi Agung kemudian meminjam telepon kantor ingin segera memberitahu teman kosnya. Dengan tidak sabar kemudian Agung bercerita tentang wanita cantik di dalam bis hingga begitu rinci ke setiap gerakan, setiap aroma yang tersisa bahkan sampai betapa Agung sangat bernafsu untuk mengejar wanita tersebut. Jangan lupa saat itu mahasiswa belum mampu membeli handphone yang harganya masih mahal sekali sampai belasan juta rupiah.
Agung bertanya “bagaimana saya bisa konsentrasi di tempat kerja hari ini? Saya tidak bisa fokus, apa yang harus saya lakukan ke wanita tadi? Saya perlu nasihat yang konkrit.†Semprot Agung tanpa henti.
Kemudian terdengar suara berat yang sangat dikenalnya dari balik gagang telepon “Kedengarannya seperti hari yang indah untuk kamu. Ayo sekarang kamu kembali bekerja. “Akibat terlalu bersemangat, secara reflek Agung memutar nomor telepon rumahnya di Bali dan yang menjawab adalah ayahnya sendiri !!!
Pagi itu Agung mendapatkan dua pelajaran yang tidak pernah ia lupakan, pertama saat ia memutuskan untuk tidak menyapa penumpang wanita di dalam bis kemudian ketika dengan ceroboh ia bercerita yang sangat pribadi kepada ayahnya.
Kita semua membuat kesalahan. Terkadang berhasil, terkadang tidak tapi pasti ada pelajaran di dalamnya. Seperti nasihat dari Jedi Master Yoda kepada Luke Skywalker di dalam Star Wars The Last Jedi
“The greatest teacher, failure is”
Oleh Ivan Taufiza, Penulis Buku Membangun SDM Indonesia Emas dan pengasuh kolom Vere Humanum