“COBA kamu buka sayang”. Begitu kata istri saya yang cantik, sambil membawakan sebuah kotak kecil.
Setelah saya buka bungkus luarnya, ternyata di dalamnya ada sebuah kotak putih dengan gambar apel yang sudah digigit di bagian depan. Dengan semangat saya membukanya, terlihat sebuah iPhone baru berwarna hitam mengkilap.
Beberapa orang senang memiliki barang elektronik edisi terbaru akan lebih keren lagi apabila bisa dimiliki setelah unit tersebut diluncurkan serentak di seluruh dunia.
Saya sangat beruntung, karena istri saya sangat mengerti teknologi dan benar-benar memakainya dengan maksimal untuk pekerjaan dan keperluan personal.
Kalau saya sendiri tidak pernah benar-benar menjadi orang yang ahli gadget.
Tapi di sinilah, sebuah produk canggih sedang menatap saya tepat di wajah.
Penjual di toko telepon langganan kami telah memindahkan seluruh kontak direktori di telepon lama saya sehingga iphone terbaru ini langsung siap pakai. Setelah mencari cukup lama, akhirnya saya coba menekan salah satu tombol kemudian seketika telepon hidup.
Keluar pesan “geser untuk memulai,” di layar telepon, maka saya mengikuti semua perintah di telepon pintar yang kemampuannya mirip komputer mini tersebut.
Saya lalu melihat sebuah keyboard mungil dimana saya bisa mengetikkan pesan teks atau email. Tapi pilihan dan kotak gambarnya sangat mungil padahal jari saya lebar seperti ban jeep. Satu masalah yang jelas, saya tidak bisa mengetik huruf yang tepat.
Saya juga menemukan bahwa browser untuk menjelajah dunia internet disebut dengan Safari, bukan Internet Explorer.
Iya benar! Anda bisa bilang kalau saya bukan pencinta Apple. Tapi biar bagaimanapun, saya tetap bisa memeriksa dan membalas email melalui HP lama saya.
Saya benar-benar tidak mengerti, saat ini saya sudah memiliki sebuah komputer laptop yang cukup keren dengan layar besar untuk bekerja.
Seluruh tugas dan pekerjaan sudah bisa dilayani dengan sangat baik dan saya tidak perlu alat tambahan atau gadget lain untuk menggantikan fungsi laptop keren saya itu.
Setelah memencet banyak tombol, akhirnya saya tahu bagaimana cara menelepon dengan iPhone. Terkadang saya menekan nama yang salah di dalam direktori, dan harus mohon maaf ke orang tersebut kalau saya sedang memakai telepon canggih yang baru.
Saya juga harus menyimak cukup lama dari sebuah video tutorial di youtube bagaimana cara memakai iPhone for dummies. Saya bahkan tidak sengaja melihat seorang anak SMA yang menunjukkan bagaimana cara memperbesar gambar di layar dengan cara menariknya ke dua arah yang berbeda.
Mendadak.
“Aku boleh pinjam iPhone Papi?” Tanya anak saya yang masih sekolah di kelas empat SD.
“Boleh untuk apa?” Saya bertanya.
“Ada tugas dari sekolah, kita ingin membuat vlog alias video blog.” dia menjawab.
Saya tahu, kalau iPhone punya kamera yang canggih, tapi HP untuk membuat video? Akhirnya saya tahu ada fitur itu. Lumayan, paling tidak saya sekarang sama pintarnya dengan murid kelas empat. Pikir saya dalam hati.
Sekarang saya masih mencari cara agar jari-jari saya bisa sesuai dengan keyboard kecil yang mungil itu.
Bahkan setiap pagi, setelah bangun tidur saya berdoa dengan khusuk, semoga semuanya akan baik-baik saja dengan iPhone ini, jangan sampai saya salah pencet tombol dan tidak sengaja mengirimkan daftar gaji para direksi ke kompetitor.
Oleh Ivan Taufiza, Pengasuh Kanal Vere Humanum