MINGGU lalu pada sebuah rapat saya diperkenalkan kepada seorang klien dengan pribadi yang sangat mengesankan. Namanya Bapak Ricky, berusia sekitar 60an tahun, berbadan tegap, berkulit putih, gerakannya gesit, bicaranya tegas, dengan potongan rambut cepak sehingga penampilannya terlihat jauh lebih muda dari usianya.
Kesibukan Pak Ricky sebagai seorang pengusaha sukses yang memiliki banyak bisnis, ternyata beliau juga memiliki hobi yang sangat menarik yaitu berburu. Setelah hampir satu jam kami berdiskusi tentang peluang dan kesempatan bisnis, akhirnya Pak Ricky mulai bercerita tentang hobi berburu yang sudah dia geluti selama lebih dari 40 tahun di dalam dan luar negeri.
“Sejarah berburu sangat panjang, mungkin sepanjang sejarah umat manusia itu sendiri. Karena berburu sudah menjadi salah satu aktivitas manusia yang paling tua.†Demikian Pak Ricky memulai kisah tentang berburu.
“Kami para senior umumnya berburu dengan cara-cara yang terhormat. Kami memiliki etika tentang batas peralatan, kemampuan menembak khususnya memastikan bahwa posisi tempat peluru selalu dalam keadaan kosong (empty chamber) sekaligus mencoba untuk menembak dengan sekali bidik (clean shot).†Jelasnya dengan penuh semangat.
“Saya hanya mengisi peluru ke dalam chamber, apabila sudah turun dan berhadapan langsung dengan target hewan buruan. Saya selalu memberi kesempatan kepadanya untuk lari karena saya percaya apabila belum sampai ajalnya maka hewan tersebut tidak akan bisa saya tembak.†Pak Ricky melanjutkan kisahnya.
“Pemburu yang gentlemen sangat berhati-hati saat melepaskan tembakan, karena jika tidak tepat pada sasaran, hanya akan menyakiti hewan buruannya.†Lanjut beliau sambil meneguk secangkir teh earl grey hangat.
Tidak sabar mendengar lanjutan kisahnya, saya langsung bertanya kepada beliau: “saya pernah dengar bahwa pemburu yang hebat mempunyai rasa hormat terhadap buruan mereka, maksudnya bagaimana Pak?
Dengan tersenyum beliau menjawab: “Iya benar Mas, pemburu yang disegani hanya berburu dengan cara-cara yang adil, maksudnya memberi kesempatan yang layak dan tidak akan menyakiti target buruannya…â€
Pada hakekatnya seorang pemburu yang hebat adalah seorang yang gemar memberi atau giver, artinya dia banyak berbagi ilmu dan kesempatan dengan sesama pemburu lainnya. Dia tidak serakah dalam berburu, selalu memberikan peluang bagi rekan-rekan lain untuk menembak target buruan.
“Singkatnya seorang pemburu yang hebat mau berbagi kesenangan dengan sesama pemburu lainnya. Selain itu ia tidak akan pernah menembak hewan yang masih kecil apalagi yang betina.“ Lanjut Pak Ricky.
Rekan diskusi kami yang bernama Pak Prio tidak mau kalah untuk bercerita. “Tapi jangan lupa Mas, banyak juga pemburu lain yang katro alias norak. Mereka ini sudah tidak mau berbagi ilmu dan kesempatan kepada rekan lain, tidak punya rasa hormat dan sering menembak apa saja target buruan yang ada di depan matanyaâ€. Ucap Pak Prio dengan nada kesal.
Saya dengan antusias terus bertanya: “jadi kapan Pak Ricky terakhir berburu ke hutan?â€
Tidak saya kira, mendadak beliau terdiam dan sambil menghabiskan sisa minuman beliau menjawab dengan suara lirih: “Hampir sepuluh tahun saya sudah berhenti berburuâ€
“Loooh… kenapa Pak Ricky?†Kejar saya penasaran.
Anak saya yang bungsu pernah bertanya kepada saya, hewan apa saja yang pernah Papi tembak? Kemudian saya menjawab biasanya babi hutan, pernah juga harimau dan rusa.
Kemudian anak saya bertanya lagi: “Kenapa harus hewan-hewan ini?â€
“Babi hutan sering merusak sawah, kebun dan pertanian milik petani, sedangkan Harimau Papi pernah menembak hanya dua kali karena dia sudah membunuh penduduk. Jadi Papi menolong para petani dan penduduk desa†Sambung Pak Ricky.
“terus kenapa Papi menembak rusa?†Anak beliau kembali bertanya.
Dengan suara berat dan tetap berusaha tersenyum Pak Ricky bercerita: “Saya tidak punya jawabannya. Dan sejak saat itu sampai dengan hari ini saya berhenti berburu hewan apapun… “
Oleh Ivan Taufiza, Penulis Buku Membangun SDM Indonesia Emas dan pengasuh kolom Vere Humanum