TIGA malam yang lalu saya sebelum meninggalkan sebuah mal terkenal di Jakarta Selatan, tanpa sengaja saya melihat seorang pria tua melewati tong sampah di luar mal. Usianya terlihat sekitar 65-an tapi mungkin lebih muda, rambutnya hitam agak panjang lurus dengan jenggot pendek, serta tinggi tubuh rata-rata.
Sambil menunggu dijemput, saya mengawasi Bapak tadi yang sudah mengeluarkan beberapa kantong sampah makanan cepat saji dari dalam tong sampah. Dia melakukan ini sekitar 3 atau 5 menit dan saya lihat beliau menemukan beberapa potong kentang goreng serta sisa-sisa gigitan ayam dari bungkus kertas yang lain.
Setelah melewati empat buah tong sampah, Bapak tadi membersihkan kembali area itu dengan rapi dan membungkus semua sisa makanan yang dia temukan dengan kertas yang kotor.
Perasaan saya campur aduk melihat kejadian ini. Mungkin sudah cukup lama saya tidak melihat secara langsung orang mencari sisa makanan dari dalam tong sampah.
Secara refleks saya mencoba mendekati sambil mencari akal, bagaimana caranya saya bisa membelikannya sesuatu untuk dimakan.
“Selamat malam Bapak, mohon maaf menggangu apakah Bapak berkenan menemani saya berjalan bersama ke rumah makan di ujung jalan itu?†Ajak saya.
“Malam.. Ohhh boleh Mas kebetulan Bapak juga akan melewati jalan tersebut,†balas Bapak tadi dengan ramah.
Kami berjalan berdampingan kemudian masuk ke sebuah rumah makan padang. Dengan sedikit memaksa, akhirnya saya membelikan beliau makanan yang masih tersedia malam itu. Namun satu-satunya yang dia pesan hanya secangkir teh manis ukuran besar.
Ketika saya datang membawakan bungkusan makanannya, dia sangat bersyukur kemudian bercerita kalau namanya adalah Fauzi dan dia telah kehilangan tempat tinggal serta seluruh anggota keluarganya sejak dua tahun yang lalu. Dengan berbisik Pak Fauzi bilang “Terima kasih banyak yaa Mas untuk makanan dan semuanya …â€
Sebelum kami berpisah, tepat di samping rumah makan Pak Fauzi mohon ijin untuk duduk sambil membuka bungkusan makanan tadi. Belum jauh melangkah tanpa sengaja mendengar suara Pak Fauzi mulai menangis tersedu-sedu.
Saya langsung berbalik dan mendekati beliau. “Bapak tadi malu ingin cerita, kalau belum makan sejak kemarin dan mau bilang kalau hari ini adalah hari ulang tahun Bapak… ternyata Tuhan masih sayang sama Bapak dengan mengirimkan hadiah ulang tahun lewat Mas!â€
“Malam ini Bapak mau berdoa untuk kebaikan Mas…” Pak Fauzi kemudian menunduk, sambil mengangkat kedua tangannya dan dengan suaranya yang bening beliau membaca Surat At Taubah Ayat 71. Saya terpesona, tanpa terasa mata saya terasa panas dan mulai menangis.
Oleh Ivan Taufiza, Penulis Buku Membangun SDM Indonesia Emas dan pengasuh kolom Vere Humanum