Artikel ini ditulis oleh Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih.
Pasca UUD 45 bisa dilumpuhkan giliran Pancasila akan dibunuh dan dimusnahkan. Makin mengerikan telah terjadi dialektika politik menjadi imperatif untuk menyeret masyarakat anti Pancasila muncul beragam dalih dan alasannya. Jebakan maut kaum kapitalis liberal dengan komunis mulai menelan korbannya.
Nasib bangsa Indonesia dipertaruhkan. Kalau ingin selamat rakyat harus bangkit melawan berjuang membangun jalan yang mampu menembus bayang-bayang suram masa depan bangsa. Jangan membuat kita takut, apatis dan ikut bersembunyi dalam kebusukan mereka
Pancasila akan di bunuh dan dihancurkan oleh gelombang kekuatan kapitalis, liberalis dan komunis . Objektivitas nilai – nilai kehidupan bangsa Indonesia dan merupakan realitas sui generis telah di tahan dan di asingkan, harus di rebut kembali tanpa kompromi dan negosiasi
Sistem kebangsaan dan ketatanegaraan harus dipulihkan kembali melalui alur budaya dan sumber-sumber spritualitas yang melahirkan Pancasila, mampu mengharmonisasikan segala keragaman dalam masyarakat.
Telah hidup kembali kekuatan yang akan mencampuradukan Pancasila dengan ideologi lain untuk membuat distorsi Pancasila itu sendiri, bahkan akan mendegradasikan bahwa Pancasila sudah tidak relevan harus di buang dan diganti dengan ideologi lain.
Rezim nihilis yang mengasong demokrasi sebagai dagangannya harus bertanggungjawab karena mengaburkan bahkan ingin membunuh makna Pancasila sebagai filsafat bangsa dan dasar Indonesia merdeka.
Kekuatan ini telah menjadi malinkundang yang menjebak bangsa indonesia dalam drainase kapitalis
Hari ini kita menyaksikan dengan pedih bangsa yang kita cintai luluh lantak kedaulatannya dijajah demokrasi dan atas nama demokrasi. Bangsa ini tersungkur dibawah telapak kaki pemilik modal. Demokrasi memang alat kapitalisme yang paling efektif untuk menguasai negeri ini
Pancasila merupakan evolusi peradaban manusia dalam bentuk kesadaran spritual yang tersempurnakan. Bila kutub negatif peradaban selama ini melahirkan sikap hidup materialistik dengan ukurannya yang serba kuantitatif dan penguasaan alam sebagai tujuannya, Pancasila adalah loncatan spritual untuk melepaskan diri dari unsur materialistik menuju latar peradaban kebalikannya yaitu Memayu Hayuning Bawana.
Oleh karena itu yang akan dibangun oleh Pancasila bukanlah masyarakat dengan tingkat ekonomi yang mengagumkan, tetapi kesalehan sosial masyarakat hubungan antar manusia Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika dalam welas asih, kedamaian, kerukunan, saling menghargai, ketenangan membangun dan menuju cita tujuan negara bersama sama.
[***]