KedaiPena.Com – Analis ekonomi dan politik Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR) Gede Sandra meminta pemerintah dalam hal ini kementerian BUMN dan ESDM untuk menunda sementara proyek-proyek yang high cost atau berbiaya tinggi seperti rencana pembangunan kilang baru Pertamina dan proyek 35 ribu mega watt untuk PLN.
Hal tersebut disampaikan oleh Gede sapaanya saat menanggapi membengkaknya utang PLN dan Pertamina yang diakibatkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah yang disebabkan oleh wabah Corona atau Covid-19.
“Saya juga mendorong kedua BUMN tersebut untuk lebih aktif melakukan transaksi lindung nilai (hedging) untuk mengantisipasi melemahnya nilai tukar (rupiah) selama resesi ekonomi ke depan, dan melakukan restruktrurisasi utang kedua BUMN tersebut, serta melakukan efisiensi,” ujar Gede kepada wartawan, Senin, (20/4/2020).
Selanjutnya, kata Gede, untuk mengurangi beban masyarakat luas yang terpukul pendapatannya selama Covid-19 sebaiknya Kementerian ESDM dapat segera merevisi permen yang selalu menjadi pembenar bagi Pertamina yang belum juga turunkan harga BBM.
Gede menjelaskan akibat menurunnya mobilitas masyarakat karena diterapkannya work from home (WFH) pembatasan sosial selama masa pandemi ini konsumsi BBM Pertamina tentu berkurang.
“Penjualan BBM (gasolin) yang menjadi tulang punggung Pertamina pun harus merasakan penurunan hingga 17%. Akibat kelebihan stok, Pertamina sudah mengurangi aktivitas produksi satu kilangnya di Balikpapan,” tegas Gede.
Sementara itu, ia pun menjelaskan untuk PLN saat ini cukup terpukul karena mayoritas konsumennya adalah kalangan bisnis dan industri. Kenaikan konsumsi rumah tangga yang terjadi tidak cukup untuk mengimpasi penurunan konsumsi listrik PLN secara keseluruhan.
“Sebagai contoh, untuk DKI konsumsi listrik pusat perbelanjaan menurun hingga 9,43%, pelaku hotel juga turun 17,38%, industri turun 18,48%, dan untuk perkantoran penurunannya mencapai 38,96%. Sebaliknya, konsumsi listrik di apartemen meningkat 9,38%, sedangkan perumahan mencapai 4%,” ungkap Gede.
Selain itu, ia pun mengatakan dampak dari kejatuhan harga minyak dunia akibat merebaknya Covid-19 ini terasa untuk Pertamina, di satu sisi kejatuhan harga minyak dunia merugikan investasi lapangan minyaknya di luar negeri.
“Namun, karena Peraturan ESDM yang membuat Pertamina tidak perlu cepat-cepat menurunkan harga jual BBM di dalam negeri, setidaknya dalam 1-2 bulan ini Pertamina dapat sedikit bernafas,” tutur Gede.
Gede menekankan penurunan harga minyak dunia seharusnya dapat memberikan hal positif bagi PLN, karena sebagian pembangkit PLN masih mengandalkan BBM.
“Selain itu, penurunan harga minyak dunia juga selalu diikuti turunnya harga batubara. Ini akan cukup menguntungkan PLN yang mayoritas pembangkitnya masih gunakan batubara,” tandas Gede.
Laporan: Muhammad Lutfi