KedaiPena.Com – Terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar akibat wabah Corona atau Covid-19 memberikan dampak yang cukup besar bagi dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor energi yakni PT PLN dan Pertamina Persero.
Bagaimana tidak, PLN dan Pertamina mengencangkan sabuk pengaman di tengah perlemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS lantaran utang dua BUMN tersebut masih didominasi valuta asing (valas).
Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan bahwa utang kedua perusahaan plat merah sektor negeri akan menghambat gerak untuk menjalankan tugas dan perannya kedepanya.
“Jika tidak dibayar dalam skenario seperti ini otomatis saya khawatir (PLN dan Pertamina) tidak punya ruang gerak yang bagus untuk berbagi tugas dan tanggung jawabnya,” kata Tauhid kepada wartawan, Minggu (19/4/2020).
Tauhid mengakui bahwa kondisi seperti saat ini terjadi lantaran PLN dan Pertamina tidak memprediksi bahwa krisis yang ada akibat wabah Corona atau Covid-19 cukup berat.
“Menurut saya pada dasarnya utang PLN maupun Pertamina sebelum (Corona) ini kan normal, tapi saat dia melakukan, katakanlah (tidak memprediksi) krisis ini berat. Dengan demikian saat ini mereka seharusnya berupaya mencari sumber pinjaman yang murah,” ujar Tauhid.
Tauhid melanjutkan semakin terbebaninya PLN dan Pertamina saat ini juga disebabkan karena adanya piutang Pemerintah kepada dua perusahaan plat merah energi tersebut.
“Pemerintah memiliki piutang dengan kedua BUMN tersebut yang belum dibayar, nah ini yang menurut saya menjadi penyebab kedua. Piutang pemerintah ke Pertamina dan PLN itu kan hampir 158 triliun. Jadi dua BUMN itu tidak punya ruang gerak yang besar dalam menjalankan skenario krisis ini,” tegas Tauhid.
Dengan demikian, Tauhid meminta, agar pemerintah turut harus mempersiapkan skenario stimulus anggaran yang dapat meringankan utang pertamina dan PLN saat ini.
“Salah satu cara yah pemerintah harus menyisihkan anggaranya untuk membantu Pertamina dan PLN ini,” tandas Tauhid.
Diketahui dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI dengan sejumlah BUMN secara virtual. Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini dan Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengaku bahwa anjloknya nilai tukar rupiah akibat dampak Corona membuat dua BUMN tersebut harus mengencangkan ikat pinggang.
Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini mengatakan melemahnya rupiah atas dolar membuat beban perusahaan menjadi lebih besar. Sebab, mayoritas utang yang dimiliki oleh PLN saat ini berbentuk valas.
“Tujuh puluh persen dari utang PLN itu dalam valas. Sudah barang tentu rupiah melemah maka utang kami dalam rupiah akan meningkat,” ucap Zulkifli dalam Rapat Dengat Pendapat tersebut.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengaku utang Pertamina cukup banyak yang berbentuk dolar AS sehingga pelemahan rupiah pasti berpengaruh.
“Semua pinjaman kami bond dalam bentuk dolar AS. Jadi dari hasil treatment shock kami, dampaknya luar biasa,” ucap Nicke.
Laporan: Muhammad Lutfi