KedaiPena.Com- Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDIP Ono Surono berharap, agar program Petani Milenial yang digagas oleh pemerintah provinsi (Pemprov) Jawa Barat dapat diganti menjadi Petani Muda Jabar Bangkit.
Usul tersebut disampaikan Ono sapaanya saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional bertajuk Peran Petani Muda Sebagai Pilar Penting Dalam Upaya Menghadapi Krisis Pangan Global di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Senin (13/3/2023).
“Program Petani Milenial di Jawa Barat yang gagal dan hanya 30 persen yang dikatakan berhasil, Hal ini bukan karena konsepnya yang salah, tetapi pelaksanaannya yang hasilnya jauh dari konsep awal,” jelas Ono dalam paparannya.
Ono mencontohkan kegagalan dari program Petani Milenial Pemprov Jabar sendiri dapat terlihat dari ketersedian lahan yang hanya 0,2 ha.
Kondisi itu diperparah dengan belum ada irigasinya, permodalan yang tidak dikelola langsung oleh petani, off taker yang menghilang dan pendampingan dari penyuluh yang tidak berjalan.
“Program Petani Milenial akhirnya hanya fokus di hilirisasi yang ujungnya juga tidak berjalan dengan baik, dibuktikan sepinya outlet produk Program Petani Milenial,” jelas Ono.
Ketua DPD PDIP Jabar ini pun menekankan, bahwa Program Petani Muda atau Milenial sedianya harus difokuskan pada wilayah pertanian produktif yang diawali dengan membuat regulasi (perda).
“Untuk mengatur lahan pertanian berkelanjutan yang disertai skema perlindungan dan pemberdayaan, dari mulai pendidikan/pelatihan anak-anak petani dengan beasiswa full dari pemerintah sampai perguruan tinggi pada fakultas/jurusan pertanian,” jelas Ono.
Dari situ, lanjut Ono, setelah lulus para petani milenial wajib meneruskan usaha orangtuanya, memastikan irigasi, benih, pupuk hingga ketersedian alsintan dengan baik guna membantu dalam pasca panen dan distribusi.
“Setelah itu baru mengarah pada mahasiswa pertanian dan pengganguran angkatan kerja,” beber Ono.
Ono memandang, kegagalan dari program Petani Milenial sendiri lantaran Pemprov Jabar tidak menyiapkan program hulunya. Ono menuturkan, semua kebutuhan petani bersumber dari hutang pada Bank Jabar Banten yang mengakibatkan bengkaknya biaya produksi
“Sehingga apabila pendapatan petani dalam 1 bulannya mencapai 3-4 juta, maka regenerasi tidak akan masalah lagi,” beber Ono.
Ono mengingatkan, bahwa regenerasi petani sangat diperlukan lantaran kebutuhan pangan menjadi sangat fundamental.
Ono menegaskan, adanya kenaikan kebutuhan dan ancaman global tentang krisis pangan dikarenakan adanya pandemi covid 19 dan perang Rusia-Ukraina.
“Regenerasi Petani akan berjalan bila diikuti dengan konsistensi pemerintah dalam menjalankan program yang menyelesaikan masalah dasar pertanian, yaitu lahan, irigasi, sarpras, regulasi, kelembagaan, permodalan dan hilirisasi,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Rafik