KedaiPena.Com – Pemerintah abai atas dampak pandemi yang menerpa industri Spa Wellness. Walaupun berbagai upaya untuk memenuhi persyaratan kembali dibukanya usaha Spa Wellness, ternyata tak juga berhasil membuka kunci pemerintah yang menggembok mereka untuk kembali berusaha.
Ketua Wellness Healthcare Entrepreneur Association (WHEA), Dra. Agnes Lourda Hutagalung, CONFEC, ITEC, CIBTAC, BABTAC, Diplom, Arom, WM, CIDESCO, menyatakan berbagai usaha dalam lingkup Spa Wellness, mulai dari usaha wellness spa sendiri, hingga usaha turunannya yaitu produk gastronomi, destinasi, kerajinan tangan dan skincare, banyak yang tutup dan tak memiliki modal untuk kembali berusaha.
“Kami sudah melakukan banyak training termasuk edukasi terkait tentang virus secara online. Edukasi juga mencakup bagaimana penanganan dan penanggulangan. Bahkan kita sudah bersedia untuk penerapan CHSE. Tapi tak juga membuka jalan untuk kami dapat berusaha kembali,” kata Agnes pada awak media, ditulia Jumat (5/11/2021).
Ia menyampaikan bahwa upaya berkomunikasi sudah ditujukan berulang kali pada pihak Kemenparekraf.
“Kita sudah minta waktu Pak Menteri hingga deputinya. Waktu itu Ibu Agustin sebagai PIC-nya. Tapi belum ada tanggapan. Sepertinya, Kemenparekraf ini tidak fokus dengan PEN ini. Padahal sumbangsih dari pariwisata ini kan besar pada APBN,” ujarnya dengan nada tinggi.
Ia menyebutkan ada sekitar 400 ribu pekerja Wellness, belum terhitung keluarga yang harus mereka biayai, yang mengharapkan adanya kepastian dari Menteri Parekraf Sandiaga Uno.
“Kami sangat membutuhkan bantuan untuk kembali menggerakkan usaha kami ini,” katanya tegas.
Agnes menyebutkan paling tidak ada sekitar 5 ribu usaha Spa Wellness yang ada di Indonesia.
“Kalau yang bernaung di bawah hotel bintang, 1.000 untuk bintang lima dan bintang tiga ke bawah sekitar 3 ribu. Jadi total sekitar 5 ribu untuk seluruh Indonesia. Ini belum termasuk industri yang menjadi rantai pendukungnya. Baik dari bahan perawatan hingga laundry UKM yang menerima linen-linen perawatan,” tuturnya.
Ia mengungkapkan bahwa sangat besar harapan mereka agar pemerintah bisa membantu secara fasilitas lokasi hingga bahan untuk perawatan.
“Kenapa kita meminta hingga fisik fasilitas. Karena memang sudah tidak ada dananya sama sekali. Jadi kalau memang mereka harus operasional lagi, ya harus dibantu,” tuturnya lagi.
Termasuk juga untuk pelatihannya untuk me-refresh kompetensi mereka.
“Paling tidak dana yang dibutuhkan itu adalah Rp72 juta untuk 2 terapis dan 5 kabin perawatan untuk membantu pelaku usaha Spa Wellness ini. Agar kami juga kembali berusaha. Ujungnya kan untuk juga bagian dari pemulihan perekonomian masyarakat Indonesia secara keseluruhan,” imbuh Agnes.
Ia mengharapkan para pemimpin bangsa ini bisa memperhatikan para pelaku usaha di bidang Spa Wellness, walaupun bukan termasuk sektor populer dan bisa mengisi kantong para pejabat.
“Kami mengharapkan media bisa membantu untuk menyosialisasikan mengenai Spa Wellness ini. Karena Spa Wellness ini bagian dari kesehatan tubuh. Kita tidak bisa hanya mengandalkan vaksinasi dari pemerintah saja. Tapi harus ada juga upaya mandiri untuk melawan virus ini dari imun tubuh dengan memastikan apa yang kita lakukan memang meningkatkan imun tubuh,” pungkasnya.
Laporan: Natasha