TERBENTUKNYA Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bukan didasari pada orientasi kekuasaan, namun diawali dengan terintegrasinya empat partai Islam dalam satu nafas, satu wadah, dan satu keinginan bersama mendirikan partai Islam.
Orientasi inilah yang kemudian dapat menyelesaikan berbagai konflik struktural. Bukan saat ini saja konflik terjadi dalam internal PPP, namun kita tentu setuju kalau konflik saat ini merupakan konflik terparah, konflik yang telah memporak-porandakan orientasi dasar berdirinya PPP.
Di mana para ulama, di mana para senior, dan di mana para pemuda partai, sudah tidak punya rasa untuk menyatukan kembali dalam satu kesatuan. Yang terlihat, justru ulama membiarkan, senior mengipasi, dan pemudanya hanya bisa menonton.
Sampai kapan? Ya, tentu sampai mereka sadar. Kapan tersadarnya? Ketika PPP tidak lagi menjadi bagian dalam pesta demokrasi. Semua tidak akan lagi tepuk dada, semua tidak akan lagi merasa ingin dihormati, mereka hanya bisa tersimbah malu.
Sebelum semua terlambat, duduklah bersama mencari penyelesaian yang arif, jangan lagi terlontar ucapan “kita dalam situasi berperang” dengan pihak yang berseberangan. Terhentak saya ketika salah satu pimpinan mengutarakan situasi perang, dalam benak saya, “berperang kok dengan satu partai? Apa sudah tidak mampu berhadapan dengan lain partai?”
Kesadaran harus dibangun, terutama kesadaran bagi pemegang kedaulatan PPP, yaitu DPW dan DPC. Jangan lagi mengikuti mereka yang terus membuat kerusakan. Bukankah sudah jelas, bahwa Allah tidak suka pada orang yang membuat kerusakan?
Kinilah saatnya para DPW dan DPC bersatu kembali untuk mengembalikan kedaulatan PPP sebagai wadah perjuangan umat Islam melalu Muktamar Luar Biasa.
Para ulama doakan dan awasi kami. Para senior cukup mengarahkan, jangan mengipasi. Dan untuk pemuda partai, marilah saling bahu-membahu menyukeskan.
Dan untuk Pemerintah, jadilah mediator yang dapat berbuat adil. Beban pemerintah sudah cukup banyak, janganlah jadikan PPP justru menambah beban yang dapat menghambat kinerja pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara.
Oleh Usni Hasanudin, politisi muda Partai Persatuan Pembangunan