KedaiPena.com – Puncak kegiatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2024 berlangsung di Kota Padang, Provinsi Sumatra Barat. Penekanan tombol menandai dimulainya latihan dan simulasi kebencanaan serentak di seluruh wilayah Indonesia, tepat pukul 10.00 waktu setempat.
HKB yang jatuh pada 26 April ini menjadi penanda kepada setiap warga masyarakat. Momen latihan atau simulasi bersama ini akan menjadi pengingat untuk menyadarkan mengenai bencana, yang selaras dengan Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Tidak cukup hanya memahami ancaman bahaya secara umum, tetapi juga memiliki informasi yang tepat dan data yang cukup di masing-masing wilayah, termasuk keadaan geologi maupun geografinya.
Peran masyarakat yang tinggal di area rentan bencana, memiliki peran penting dalam meningkatkan kemandirian agar selamat dan menjadi tangguh. Utamanya dalam aksi mitigasi, agar terciptanya PRB (Pengurangan Risiko Bencana) bener-bener terwujud dan dirasakan.
Di peringatan HKB 2024 ini, BARAKA (Barisan Relawan Kampung) berlokasi di Jalan anggrek RT 14 RW 2 Desa Tempurejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, berempati pada lingkungan dengan memberi inspirasi dan motivasi penyadaran dalam melakukan PRB. Yaitu, dengan sulam tanam berbagi jenis Ficus (genus tanaman yang tumbuh di daerah tropis) dan terdiri lebih dari 850 jenis misal nya (beringin, karet kebo,) dan lain-lain nya.
“Dalam kegiatan BARAKA di HKB 2024 ini dilakukan konsep 5M (menanam, menjaga, merawat, melestarikan, melindungi). Jadi tidak sekedar menanam lalu ditinggalkan begitu saja. Tapi setiap saat anggota bergantian untuk melakukan pengecekan, perawatan, dan penyiraman, jika ada yang mati langsung di sulam (diganti) dengan tanaman yang baru,” demikian disampaikan oleh BARAKA dalam keterangan tertulisnya, Senin (29/4/2024).
Pohon-pohon yang ditanam mempunyai standar minim 1 meter ke atas, agar warga yang mencari pakan ternak tahu bahwa pohon tersebut adalah tanaman konservasi. Sehingga terbangun empati saling menjaga, agar tanaman bisa tumbuh subur dan lestari.
Kegiatan PRB dilakukan di dua titik yaitu di sumber Pawon dan Sumber Pedet dari pagi hingga selesai. Diinformasikan, mereka sangat konsisten dan konsekuen dalam menjaga ekosistem dan habitat di setiap lokasinya.
“Saat ini kita hanya sewa dari anak keturunan kita. Jangan sampai kedepan nanti setelah kita tiada, ketersediaan air yang di sebabkan sumber mata air tidak mengalir karena pohon-pohon banyak di tebangi dan beralih fungsi,” ujar Hasan Asnani atau akrab dipanggil Kowi selaku Penggerak Konservasi BARAKA di Kediri.
Kowi juga mengatakan bahwa BARAKA ini gerakan Pasukan Senyap, aksi-aksinya tidak pernah terekpose oleh media, tapi luar biasa kepeduliannya sangat memberi arti dan penyadaran yang sangat menyentuh bagi kita semua. Mereka semua terus membuat Pabrik Oksigen dan Air, tanpa lelah melakukannya dengan kesadaran yang luas.
“Setiap hari masing-masing anggota di rumahnya harus produksi bibit bisa dengan stek, cangkok dan lain-lainnya, untuk memenuhi kebutuhan, jika ada orang yang membutuhkan untuk ditanam akan siap tidak mengecewakannya,” tuturnya.
Pendistribusian tanaman BARAKA ini ternyata tak hanya di wilayah Kediri saja tapi telah sampai ke area Gunung Kidul Malang, di kampus-kampus bahkan instansi pemerintahan. Tapi walau begitu, terlihat BARAKA sangat low profile dan rendah hati, tidak lupa bahwa marwahnya manusia adalah makhluk hidup terakhir yang diciptakan Sang Maha Esa setelah semua di sediakan oleh-Nya.
Dari konsep itu, maka muncul pedoman BARAKA untuk menjadi “Kholifah Fil Ard” yang bijak dan bertanggung jawab.
“Jenuh boleh, lelah boleh, tapi jangan pernah menyerah. Siapa lagi kalau bukan kita,” pungkas Kowi.
Laporan: Tim Kedai Pena