KedaiPena.com – Transformasi digital dalam sistem pelayanan publik tidak selalu membawa kemudahan. Dibalik modernisasi yang ada, muncul pula tantangan seperti kesenjangan digital, terutama di masyarakat majemuk seperti Indonesia.
Tercatat, sekitar 270 juta jiwa tinggal di Indonesia dengan segala perbedaan latar belakang budaya, adat, ekonomi, karakteristik, hingga kebutuhan dan keinginan. Fakta itu menjadi kesenjangan baru dalam era digital yang semakin cepat.
Deputi bidang Pelayanan Publik Kementerian PANRB Diah Natalisa menyatakan proses transformasi digital tidak hanya melalui upaya perubahan organisasi, proses, sistem dan infrastruktur semata. Namun yang utama adalah memastikan bahwa masyarakat menjadi fokus dari seluruh upaya inisiatif transformasi digital yang dilakukan.
“Dari sisi masyarakat, kesenjangan digital di Indonesia masih cukup tinggi sehingga upaya edukasi terus dilakukan. Tidak hanya untuk memberdayakan kemampuan teknis, tetapi juga membangun budaya serta menanamkan pola pikir bahwa setiap orang berhak untuk berpartisipasi dalam proses pemantauan pelayanan publik,” kata Diah dalam keterangan tertulis, Jumat (25/3/2022).
Pada tatanan global ungkapnya, dunia memiliki slogan baru dalam paradigma pelayanan publik yang baru, yakni serving, not steering. Dimaknai sebagai pemerintah melalui birokrasi diharapkan hadir untuk memberikan pelayanan kepada seluruh warga negara dan penduduk dengan meletakkan warga negara sebagai subjek pelayanan bukan hanya semata objek.
“Dengan cara pandang seperti ini, diharapkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada birokrasi pemerintahan akan terbangun dan meningkat,” tuturnya.
Diah menekankan kepercayaan masyarakat harus dijaga agar masyarakat tidak kecewa dan menganggap pemerintah tidak peka terhadap masyarakatnya.
“Kesenjangan digital merupakan tantangan utama dalam adaptasi transformasi pelayanan di era digital, untuk itu perlu dipastikan tidak satu pun yang tertinggal atau no one left behind,” pungkasnya.
Laporan: Natasha