Ditulis Oleh: Penulis Buku Protokol Destinasi dan Founder Temannya Wisatawan, Taufan Rahmadi.
UNWTO di dalam keterangan persnya Selasa 18 Januari 2022 mengatakan bahwa angka kunjungan wisatawan di seluruh dunia diperkirakan tidak akan kembali seperti kondisi pra-pandemi hingga paling cepat tahun 2024.
Hal ini disebabkan oleh munculnya Varian Omicron , meskipun ringan, tetapi akan mengganggu pemulihan pariwisata global pada awal tahun 2022.
Analisa UNWTO ini didasarkan pada kondisi bahwa laju pemulihan pariwisata masih dirasa lambat dan tidak merata di seluruh wilayah dunia yang disebabkan oleh adanya tingkat pembatasan mobilitas, perbedaan tingkat vaksinasi, dan kepercayaan wisatawan.
Hal ini bisa terlihat dengan bagaimana di Eropa dan Amerika, kedatangan wisatawan asing pada tahun 2021 masing-masing melonjak 19 persen dan 17 persen, dibandingkan tahun 2020, sedang di Timur Tengah, kedatangan menurun 24 persen pada 2021.
Sementara di kawasan Asia-Pasifik pada tahun 2021 terjadi penurunan mencapai 65 persen, dibanding kondisi pada tahun 2020, dan 94 persen turun dibanding level saat pra-pandemi.
Apa yang menjadi statement UNWTO ini harus dijawab dan ditanggapi secara serius oleh pemerintah Indonesia dengan melakukan langkah –langkah strategis pemulihan pariwisata yang diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan.
Belajar dari bagaimana negara –negara seperti Dubai UEA, Turki, Maldives , Swiss, Thailand, Yunani yang telah lebih dulu menerapkan kebijakan pariwisata berdampingan dengan pandemi, pemerintah Indonesia bisa memfokuskan kebijakannya pada tiga hal utama.
1. Mobilitas Pariwisata New Normal
a. Kebijakan yang bukan menutup tempat wisata tetapi membatasi kunjungan wisatawan pada level yang disepakati.
b. Tidak ada lagi kebijakan karantina, wisman yang datang ke Indonesia cukup dengan vaksin lengkap dan telah melakukan test PCR
2. Tingkat Vaksinasi, program vaksinasi di destinasi – destinasi pariwisata tetap menjadi prioritas untuk terus dipercepat hingga mencapai taraf Herd Immunity
3. Kepercayaan Wisatawan, ada 4 faktor yang mempengaruhi kepercayaan wisatawan. Pertama adalah langkah kesehatan dan keamanan yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk berdampingan dengan Covid-19.
Selanjutnya yang kedua ialah transparansi harga bagi paket-paket perjalanan yang ditawarkan oleh agen-agen perjalanan.
Untuk yang ketiga, kredibilitas informasi terkait bagaimana ulasan – ulasan para pengunjung tentang destinasi wisata yang dikunjungi.
Keempat adalah Integritas, hal ini berkaitan dengan menjaga kualitas pelayanan kepada wisatawan, baik itu dilakukan pejabat publik, pemegang otorisasi, pelaku industri pariwisata dan masyarakat luas.
Akhirnya, ada dua kesimpulan dari permasalahan ini. Pertama, pariwisata Indonesia untuk bisa bertahan sudah waktunya menerapkan kebijakan berdampingan dengan Covid-19, memberikan kenyamanan bagi wisatawan untuk berwisata dengan kelonggaran yang bertanggung jawab.
Sedangkan kedua, pemerintah Indonesia bisa mendorong sebuah gerakan kesadaran global agar pandemi Covid-19 bisa turun statusnya menjadi endemi.
UNWTO boleh saja mengatakan tahun 2024 adalah tahun paling cepat untuk pariwisata global bisa pulih kembali , kita juga Indonesia bisa mengatakan tahun 2024 adalah tahun dimana pariwisata Indonesia tidak sekedar bisa bertahan tapi sudah bisa bangkit kembali.
(***)