KedaiPena.Com – Bekerja sebagai pemandu wisata atau porter dalam sebuah pendakian ke gunung tentu amat sangat beresiko tinggi. Pasalnya, selain harus menjaga diri sendiri, para pemandu dan porter tersebut juga harus menjaga orang yang mereka pandu.
Seperti itu mungkin yang dirasakan oleh para Sahabat Volunter Semeru atau yang lebih dikenal dengan nama Saver Indonesia. Saver sendiri merupakan sebuah komunitas pecinta alam di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang berdiri pada tahun 2014.
Sukaryo Koordinator Saver Indonesia mengatakan, bahwa berdirinya Saver dimulai dari kegelisahan komunitas-komunitas pecinta alam lokal serta masyarakat setempat terkait kondisi Gunung Semeru.
Saver Indonesia pun, lanjut pria berusia 40 tahun ini, merupakan relawan resmi dari TNBTS yang turut membantu kegiatan-kegiatan taman nasional di Gunung Semeru selama ini.
“Sebenarnya, kami murni sebagai relawan dan tidak mendapatkan gaji. Kami di sini mendapat rejeki dalam memilah sampah dan misalnya jika ada sumbangan personal. Jadi tidak ada gaji,” ujar dia saat berbincang dengan KedaiPena.Com, di Desa Ranu Pani, beberapa waktu yang lalu.
Hal berbeda ketika mendapatkan ‘job’ dari memandu atau menjadi porter di gunung. Karena ia mendapatkan ‘fee’ dan layak diberi predikat pekerja informal. Dia pun berbagi cerita soal bahaya pekerjaan yang ia dapat. Dia mengatakan pekerjaan di alam bebas memiliki resiko yang sangat tinggi.
“Untuk resiko sendiri. Seperti diketahui kegiatan alam bebas memilih resiko yang tinggi. Termasuk soal siapa yang kita pandu. Ada dua hal dalam prioritas utama, yaitu soal suhu dan insiden soal batu ketika kita ingin mendaki puncak Semeru,” tegas dia.
Dengan bahaya pekerjaan yang didapat, tentu peran penting jaminan sosial sangat dibutuhkan. Utamanya Jaminan Keselamatan Kerja (JKK) dan Jaminan Hari Tua (JHT).
Hal itu pun selaras dengan saat ini BPJS Ketenagakerjaan juga turut memberikan perlindungan pekerja informal. Akan tetapi, Cahyo sapaan akrabnya tidak mengetahui bahwa BPJS Ketenagakerjaan saat ini juga memberikan jaminan kepada pekerja informal seperti dirinya.
“Kalau untuk itu kita tidak tahu sama sekali. Sebenarnya, kita sudah memiliki asuransi, tapihanya membatasi sampai kecelakaan di kawasan Kalimati. Jadi intinya kita belum dicover oleh BPJS Ketenagakerjaan,” jelas dia.
Kendati demikian, Cahyo pun mengatakan, pihaknya akan mempertimbangkan bila memang BPJS Ketenagakerjaan menawarkan soal jaminan sosial tersebut kepada para anggota Saver Indonesia atau ‘porter’ dan ‘guide’ lainnya.
“Kalau itu kita akan pertimbangkan. Karena kita ingin tahu prosedur dan tahapannya seperti apa terus, kemudian klarifikasinya seperti apa. Jadi kita pelajari dulu misalnya cocok baru kita ambil nanti karena ini menyangkut keselamatan kita sebagai pekerja,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh