Artikel ini ditulis oleh Budi Santosa Purwokartiko, Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK).
Joe Biden dilantik menjadi presiden AS pada usia 78 tahun. Luar biasa.
Trump menjadi presiden di umur 70an, begitu juga Ronald Reagan.
Mahatir malah sudah umur 93 tahun jadi PM lagi.
‘Quantum physicist Freeman Dyson’ menemukan ‘groundbreaking solution’ untuk problem tertua dalam ‘Game Theory, The Prisoner’s Dilemma’, pada usia 88.
Nelson Mandela menjadi presiden Afrika Selatan pada usia 76.
Menurut penelitian yang ditulis dalam buku ‘Productive Aging: Enhancing vitality in later life’, yang di-‘review’ dalam ‘New England Journal of Medicine’, dijelaskan kira-kira begini:
“Umur paling produktif adalah 60-70. Umur produktif berikutnya adalah 70-80. Sedangkan yang produktif ketiga adalah usia 50-60. Rata-rata usia pencapai hadiah Nobel adalah 62, CEO hebat di perusahaan Fortune 500 rata2 berusia 63”.
Ketika usia anda di atas 60, dan masih bugar, sehat walafiat, jangan buru-buru menganggap kematian sudah dekat. Jangan terlalu sering ngomong kematian.
Lihat Mahatir, Biden, Trump, Dyson atau Mandela.
Pada usia-usia senja mereka masih mampu berbuat banyak untuk masyarakat.
Mari kita isi hari-hari senja kita dengan kegiatan kemasyarakatan yang bermanfaat bagi banyak orang.
Hidup dan usia ini adalah karunia yang luar biasa.
Selama masih hidup, pikirkan bagaimana mengisi kehidupan ini. Jangan memikirkan kematian terus.
Berbagai penelitian, pengembangan obat, teknologi kedokteran, metoda olahraga, dan berbagai jenis diet dikembangkan untuk membuat kita sehat dan panjang umur.
Lalu setelah kita sehat dan panjang umur, hidup kita untuk apa? Ini pertanyaan yang penting.
Kita sering pesimis seakan usia di atas 60 sudah waktunya mendekat Tuhan. Sehari-hari di WAG posting-posting ayat kematian, surga, neraka.
Hidup menjadi begitu sempit dan tidak nyaman.
Memang selama ini mendekat siapa? Mendekat Tuhan jelas tidak salah. Tapi bagaimana cara mendekati-Nya?
Ya, bagi yang sehat dan berkemampuan, bekerjalah untuk kepentingan masyarakat.
Atau pergilah naik gunung, lihat tempat-tempat indah, ke museum, main ke pantai, berkesenian, kunjungi teman dan saudara.
Mendekatkan diri pada Tuhan mestinya bukan dengan egois beribadah ritual, menghabiskan waktunya tanpa peduli dengan kondisi lingkungan dan kemanusiaan.
Dimana kita dekat dengan ciptaan-Nya, maka di situ kita dekat dengan pencipta-Nya.
[***]