KedaiPena.Com – Pusat Kajian Energi Universitas Indonesia (UI) membeberkan sejumlah masalah utama dalam membangun sebuah sistem di dalam konsep Holding BUMN Migas yang digagas oleh Pemerintah saat ini.
Kepala Pusat Kajian Energi UI, Iwa Garniwa mengatakan, bahwa masalah utama dalam membangun holding adalah cara mengintegrasikan seluruh perusahaan yang menjadi anggota holding.
Diketahui, baru-baru ini pemerintah melalui Kementerian BUMN resmi membentuk Holding BUMN Migas dengan Pertamina sebagai induk holding.
Namun demikian, integrasi antara Pertagas (anak perusahaan Pertamina) dengan PGN dalam Holding BUMN Migas sampai saat ini belum ditentukan.
Kementerian BUMN sebagai pemegang kuasa belum menentukan apakah nanti PGN dan Pertagas akan dilebur, digabungkan atau dalam bentuk akuisisi.
“Karena, masing-masing punya sejarah dan kultur yang berbeda, standar gaji yang bisa beda, bentuk organisasi yang berbeda. Kan pertanyaannya perusahaan mana yang akan dianut,” ujar Iwa dalam perbincangan dengan KedaiPena.Com, Minggu (18/2/2018).
Jika mengacu hal tersebut, kata Iwa, saat ini konsep terbaik dalam integrasi di tubuh holding BUMN antara Pertagas dan Perusahaan Gas Negara (PGN) ialah berdiri secara masing-masing.
“Masalah PGN dan Pertagas saya setuju satu dalam satu perusahaan lepas dari induknya. Apalagi kedepan penggunaan gas akan semakin besar perlu penanganan yang lebih luas dan fokus. Tidak, di atas dan di bawah, tapi Pertagas dan PGN sinergi menjadi perusahaan sendiri,” tandas Iwa.
Laporan: Muhammad Hafidh