KedaiPena.Com – Pengamat Energi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai peluncuran gas pink non subsidi yang baru-baru ini dikeluarkan pemerintah sangat tidak efektif.
Fahmy Radhi menjelaskan, bahwa kehadiran gas pink sebesar 3 kilo ini sangat berbeda dengan kehadiran BBM jenis pertalite kala pertama kali muncul ke pasaran.
“Pertalite kualitasnya lebih baik untuk kendaraan bermotor (ketimbang premium). Konsumen secara sukarela berpindah dari premium ke pertalite,†ujar Fahmy saat berbincang dengan KedaiPena.Com, ditulis Senin (1/7/2018).
Fahmy memaparkan, untuk gas melon dan gas pink non subsidi memiliki kualitas yang sama. Hal itu yang membuat tidak berpengaruh ke masyarakat. Karena hanya berbeda kemasan, tidak akan mendorong konsumen migrasi dari melon ke pink.
Memaksa rakyat kecil untuk menggunakan gas pink yang harganya Rp40 ribu per tabung juga akan menambah beban semakin berat.
Tak hanya itu, Fahmy memaparkan, sistem distribusi yang ada pada gas melon 3 kilo dengan gas pink tidak 3 kilo tidak memiliki perbedaan sama sekali.
“Sebagai upaya mengurangi subsidi, kebijakan gas pink justru kebijakan blunder. Lantaran masih ada rakyat miskin yang harus tetap memperoleh subsidi melalui gas melon,†pungkas Fahmy.
Laporan: Muhammad Hafidh