KedaiPena.Com – Saat itu menjelang Pilpres 2014. Berbagai parpol mencari cara menjaring calon presidennya. Tentunya dengan harapan capres itu bisa menang dan menjadi presiden periode 2014-2019. Di antara partai yang bersemangat menjaring capres adalah Demokrat. Partai berlambang bintang mercy itu sadar, butuh sosok kuat sekaliber SBY untuk melanjutkan estafet kepemimpinan.
Proses demi proses, akhirnya salah satu nama yang diundang dalam proses pencarian capres, yang akhirnya bernama Konvensi Demokrat, adalah akademisi muda Anies Baswedan. Nama Anies dianggap layak menjadi calon pemimpin bangsa.
Bukan tanpa alasan Anies disebut demikian. Berbagai prestasi telah ditorehkan cucu pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan ini. Yang fenomenal, Anies berhasil menjadi rektor termuda yang pernah dilantik oleh sebuah perguruan tinggi di Indonesia. Pada tahun 2007, ia menjadi rektor Universitas Paramadina pada usia 38 tahun.
Anies menjadi rektor menggantikan posisi yang dulu ditempati oleh cendekiawan Muslim, Nurcholish Madjid atau biasa disapa dengan Cak Nur, pendiri universitas tersebut.
Di dunia internasional, ada segudang penghargaan yang disematkan pada pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969 ini. Dilansir dari Wikipedia, pada 2004 Anies menerima penghargaan Gerald Maryanov Fellow dari Departemen Ilmu Politik Universitas Northern Illinois.
Sementara itu, pada tahun 2008, Majalah Foreign Policy memasukkan Anies dalam 100 intelektual publik dunia. Anies merupakan satu-satunya orang Indonesia yang masuk pada daftar hasil rilis majalah tersebut. Dalam daftar itu, nama Anies sejajar dengan tokoh dunia seperti Noam Chomsky (tokoh perdamaian), para penerima nobel seperti Shirin Ebadi, Al Gore, Muhammad Yunus, dan Amartya Sen.
Setahun berselang, alumni Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini menyabet gelar Young Global Leaders. Penghargaan ini diberikan oleh World Economic Forum pada Februari 2009.
Di bulan April 2010, Anies masuk 20 tokoh pembawa perubahan dunia. Anies terpilih sebagai satu dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi majalah Foresight yang terbit di Jepang. Dalam edisi khusus “20 orang 20 tahunâ€, majalah ini menampilkan 20 tokoh yang diperkirakan akan menjadi perhatian dunia. Mereka akan berperan dalam perubahan dunia dua dekade mendatang.
Menurut majalah itu Anies Baswedan dinilai sebagai salah satu tokoh calon pemimpin Indonesia masa mendatang. Nama Anies berdampingan dengan Vladimir Putin (Perdana Menteri Rusia), Hugo Chavez (Mantan Presiden Venezuela), David Miliband (Menteri Luar Negeri Inggris), Rahul Gandi (Sekjen Indian National Congress India) serta Paul Ryan (politisi muda Partai Republik dan anggota House of Representative AS).
Anies memutuskan ikut terjun dalam dunia politik, via Konvensi Demokrat, dengan ikhtiar untuk ikut melunasi Janji Kemerdekaan. Semangat melunasi janji kemerdekaan merupakan misi Anies untuk negeri ini. Bagi eks aktivis Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamatan Organisasi ini, apa yang tercantum di Pembukaan UUD 1945 bukan sebuah cita-cita, melainkan sebuah janji yang harus dilunasi.
“Janji itu adalah melindungi, menyejahterakan, mencerdaskan, dan membuat keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,†ujar Anies saat itu.
Pendiri Indonesia Mengajar menilai janji-janji tersebut harus dilunasi oleh seluruh warga negara, termasuk dirinya. Ia meyakini konvensi ini sebagai sebuah panggilan tanggung jawab dan kehormatan. Ia mengatakan bahwa dirinya memilih untuk terlibat dan turun tangan melunasi janji kemerdekaan.
Anies ikut bersaing dengan 11 orang lainnya yakni Ali Masykur Musa, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman,Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo dan Sinyo Haris Sarundajang mengikuti Konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat.
Sebenarnya, banyak yang menyayangkan bahkan menghujat Anies ketika memutuskan maju dalam konvensi capres Partai Demokrat. “Tak sedikit juga yang menyayangkan kenapa lewat partai itu? Yang notabene paling banyak masalahnya,” ujar Anies.
Dia pun menjelaskan, saat pertama kali mendapat undangan konvensi, dirinya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu ikut berdiam diri saja terhadap kondisi negara yang memprihatinkan dan hanya berteriak dari luar. Atau ikut bertanggung jawab dan masuk di dalamnya dengan risiko dicaci maki orang.
“Akhirnya saya putuskan untuk ikut turun tangan mengubah negara dengan ikut konvensi capres,” katanya, seperti dikutip dari Merdeka.com.
Menurut Anies, dirinya telah menjadi warga negara yang baik dan taat membayar pajak. Namun, Anies mengaku peduli pada negara, apalagi bila melihat pendapatan negara yang menurut catatan 2013 mencapai Rp 1.800 triliun dan pada 2014 ditargetkan mencapai Rp 2.600 triliun, sedangkan pada 2005 hanya Rp 500 triliun. “Lalu kemana saja uangnya? Itulah yang membuat saya tergerak untuk ikut turun tangan,” katanya.
“Prinsip saya, kalau diundang akan ikut, tapi kalau untuk mendaftar, sama sekali tidak mau. Ketika tawaran itu datang, saya terima untuk melunasi janji-janji saya kepada bangsa dan negara,” tuturnya.
Anies melanjutkan, mungkin ada pertanyaan, kenapa harus lewat Demokrat? “Memang penyelenggara konvensi merupakan yang paling banyak masalah, tapi konvensinya menurut saya baik, daripada calon ditentukan ketum parpol atau ditentukan pendonor terbesar,” ujarnya.
Anies selanjutnya mengungkapkan harapannya, yatu anak yang lahir di mana saja di wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke, memiliki kesempatan yang sama untuk merasakan kesejahteraan di Indonesia.
Dalam beberapa debat konvensi, Anies sempat memaparkan visi kepemimpinan bangsa. Dalam gelaran debat konvensi yang dilakukan di Palembang Sport Convention Center, Palembang, 25 Januari 2014, menekankan pembangunan dan pemerataan ekonomi sampai ke desa. Ia menekankan bahwa pemerataan ekonomi bisa tercapai jika pembangunan infrastruktur di desa seperti listrik, jalan serta irigasi dapat dibangun dengan baik.
Sementara, saat debat di Grand Mall, Surabaya 12 Februari 2014, ia menyikapi siaran televisi yang kurang mendidik. Menurutnya yang bisa dilakukan adalah meminta para sponsor untuk berhenti menyokong acara tersebut. Dengan begitu menurutnya acara yang muncul nantinya adalah acara-acara yang berkualitas.
Dalam debat konvensi di Bogor, 2 Maret 2014, Anies kembali menegaskan komitmennya untuk peningkatan kualitas manusia. Menurut Anies kunci kemajuan bangsa ada pada kualitas manusianya. Dalam debat ini ia juga menekankan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan aktivitas padat karya.
Pada akhirnya, Anies gagal bersaing dengan kandidat lain di konvensi ini. Panitia Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat mengumumkan Menteri BUMN Dahlan Iskan menjadi pemenangnya.
Anggota Komite Konvensi Capres Partai Demokrat Suaidi Marasabessy mengungkapkan, hasil survei elektabilitas peserta konvensi akan diserahkan pada 16 Mei 2014. “Dan Dahlan Iskan yang menang konvensi. Ini berdasarkan hasil survei,” ujar Suaidi, seperti dilansir dari Liputan6.com di Jakarta.
Meski kalah, Anies membuktikan komitmen terhadap perbaikan bangsa melalui visi dan misinya. “Apa yang kita kerjakan sekarang, apapun hasilnya itu cermin kerja 26 ribu, bukan pakai iklan, bukan pakai media. Ini manusia yang bekerja, dan itu yang membuat saya bangga, dan saya merasa sudah menang,” kata Anies Baswedan di Kantor DPP Demokrat, Jakarta.
Perjalanan politik Anies Baswedan tak berhenti setelah keok menjadi dalam Konvensi Demokrat. Saat Pilpres 2014, Anies ikut turun tangan membantu pasangan capres-cawapres Jokowi-JK.. Anies membantu pasangan nomor urut dua dalam Pilpres 2014 ini dengan menjadi juru bicara pasangan tersebut.
Jokowi mengungkapkan bahwa kehadiran Anies sangat penting dalam tim pemenangannya. Oleh sebab itu ia meminta bantuan Anies untuk bergabung dengan timnya. Bagi Jokowi, Anies adalah sosok muda yang inspiratif dan dekat dengan kaum muda. Karena alasan tersebut Mantan Walikota Solo ini meminta Anies untuk membantu dirinya dan JK dengan menjadi Juru Bicaranya.
Anies sendiri menyatakan alasannya mendukung Jokowi-JK dengan berperan menjadi juru bicara pasangan tersebut dengan menginformasikan keputusannya pada ribuan relawan pendukungnya. Anies menginformasikan pilihannya mendukung Jokowi-JK dengan mengirimkan sebuah e-mail berjudul “Pilihan Sayaâ€.
Dalam email tersebut Anies menyatakan bahwa pasangan Jokowi-JK yang paling mungkin menghadirkan terobosan. Baginya Jokowi adalah sosok muda yang bisa melakukan terobosan. Sementara itu JK ia kenal sebagai tokoh senior yang memiliki rekam jejak terobosan dalam karya-karyanya.
Pada 22 Juli 2014, KPU merilis hasil rekapitulasi suara dan menetapkan Jokowi-JK sebagai pemenang pemilu. Jokowi-JK meraih 53,15% suara, mengalahkan pasangan Prabowo-Hatta yang hanya meraup 46,85% suara. Setelah kemenangan Jokowi-JK, Anies Baswedan dipercaya oleh pasangan tersebut untuk menjadi Staf Deputi Kantor Transisi Jokowi-JK.
Jokowi-JK sendiri yang meminta Anies untuk menjadi salah satu staf deputi Rumah Transisi Jokowi-JK. Rumah transisi tersebut ditujukan untuk menyiapkan kabinet sebelum pengangkatan resmi Jokowi-JK sebagai capres dan cawapres.
Anies menjadi staf deputi bersama Wakil Sekjen PDIP Hasto Kristianto, Sekretaris Tim Pemenangan I Andi Widjajanto, dan Sekretaris Tim Pemenangan II Fasial Akbar. Staf deputi ini diketuai oleh Rini M. Soemarno yang merupakan Menperindah era pemerintahan Presiden Megawati.
Setelah itu tugas membentuk arsitek kabinet Jokowi selesai, maka tugas Anies pun selesai. Meski jarang bertemu Jokowi-JK lagi, nama Anies sempat masuk menjadi calon menteri pendidikan di kabinet.
Benar saja, dalam pengumuman Kabinet Kerja, Jokowi-JK menempatkan Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Selain karena kompetensi yang ia miliki, juga beberapa poling nama menteri yang menempatkan Rektor Universitas Paramadina tersebut di peringkat atas.
“Saya menerima kepercayaan dan tanggungjawab ini, Setiap kepercayaan yang saya terima, saya menekankan pada prinsip I don’t fight to get a job, but I fight to do my job,†ungkapnya, seperti dilansir dari Republika, Minggu (26/10).
Rektor Universitas Paramadina ini sadar bahwa tugasnya sebagai Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah bukan tugas yang mudah. Karena itu ia meminta keterlibatan aktif warga dalam pemerintahan.
“Keterbukaan dan keterlibatan aktif warga harus kita dorong. Prinsip ini yang akan saya bawa ke depan. Masalah di bidang pendidikan tak sedikit. Saya ingin mendorong masyarakat untuk ikut memiliki masalah ini dan bersama-sama terlibat aktif menyelesaikannya,†paparnya. Menurutnya perspektif kolaborasi aktif dari warga harus terus ditumbuhkan baik dalam kementeriannya ataupun pemerintahan secara luas.
Anies mengatakan semangat transparansi dan kolaborasi di pemerintahan ini bukan hal baru bagi republik ini. “Republik ini dibangun oleh iuran bersama setiap warganya. Ada yang iuran uang, tenaga, dan bahkan iuran nyawa. Semangat ikut terlibat dan kolaborasi tersebut akan terus saya bawa dalam masa bakti ke depan,†ujarnya.
Biodata:
Nama Lengkap : Anies Baswedan
Tempat Lahir : Kuningan
Tanggal Lahir : Rabu, 7 Mei 1969
Zodiac : Taurus
Pendidikan
Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada
Gelar Master dari School of Public Policy, Universitas Maryland
Gelar Doktor Ilmu Politik Northern Illinois University
Karir
(1994 – 1996) Pusat Antar Universitas, UGM
(2000) Peneliti, Pusat Penelitian, Evaluasi dan Kajian Kebijakan, Northern Illinois University
(2005 – 2007) Peneliti Utama, Lembaga Survei Indonesia
(2006 – 2007) Kemitraan untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan
(2006 – 2007) National Advisor, bidang desentralisasi dan otonomi daerah, Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan
(Sejak 2007) Rektor Universitas Paramadina
(2009) Moderator, dalam acara debat calon presiden 2009
(2009) Anggota, Tim-8 dalam kasus dugaan pidana pimpinan KPK yaitu Bibit dan Chandra
(2010) Presenter, program Save Our Nation, Metro TV
(2010) Presenter, Young Global Leaders Summit, Tanzania, Afrika
(Sekarang) Pendiri Gerakan Indonesia Mengajar
(Sekarang) Mendikbud
(Oscar/Foto: Istimewa)