Artikel ini ditulis oleh DR Jerry Massie MA, D.MIn, Ph.D, Direktur Political and Public Policy Studies, Pakar Kebijakan Publik/Politik Amerika.
Kepemimpinan Presiden ke-47 Amerika Serikat (AS) Donald Trump patut diacungi jempol dengan sejumlah policy (kebijakan) dan gebrakannya yang pro Amerika. Dan apa yang dilakukannya sesuai janji kampanyenya 2024 lalu. Seperti semboyannya Amerca First dan Make America Great Again (MAGA).
Namun kaum liberal/progresif mencerca kebijakan Trump seperti memangkas jumlah karyawan, pengurangan 10 persen di setiap embassy, mengganti nama Teluk Mexico menjadi Teluk Amerika sampai menghapus LGBTQ mulai dari olahraga, milter sampai pelajaran disekolah-sekolah.
Sampai kebijakan paling kontroversial yakni take over Gaza yang dikecam oleh sejumlah negara.
Selain itu Trump melakukan perombakan besar-besaran dalam Dinas Pendapatan Internal (Internal Revenue Service/IRS) yang memungut pajak sedang bersiap untuk memecat ribuan pekerja minggu depan. Ini adalah angkah yang dapat menguras sumber daya menjelang batas waktu warga Amerika untuk mengajukan pajak penghasilan pada tanggal 15 April.
Pemecatan pun dilakukan sekitar 75.000 pekerja yang telah menerima pesangon yang ditawarkan Trump dan Musk agar mereka mengundurkan diri secara sukarela, menurut Gedung Putih. Jumlah tersebut setara dengan sekitar 3 persen dari 2,3 juta orang tenaga kerja sipil.
Saya kira pernyataan Trump soal anggaran pemerintah federal terlalu membengkak dan terlalu banyak uang yang hilang karena pemborosan dan penipuan. Pemerintah federal memiliki utang sekitar 36 triliun Dollar dan mengalami defisit 1,8 triliun Dollar tahun lalu, dan ada kesepakatan bipartisan tentang perlunya reformasi.
Ide cemerlang yang dibuat Trump, saya amati yakni saat Amerika keluar dari sejumlah lembaga PBB diantaranya WHO dan USAID.
Seperti diketahui negari Paman Sam ini merupakan negara pendonor terbesar di dunia terkait masalah kemanusiaan. Pada tahun 2024, USAID tercatat memberikan bantuan senilai 153,52 juta Dollar Amerika atau sekitar Rp2,5 triliun. Dana ini digunakan untuk program kesehatan, pendidikan, dan pembangunan berkelanjutan, termasuk penanggulangan TBC dan AIDS.

Selain kebijakan tersebut, Trump juga akan mengambil alih terusan Panama di era Presiden Jimmy Carter Pemerintah AS. Setelah bertahun-tahun bernegosiasi untuk perjanjian Terusan Panama yang baru, kesepakatan dicapai antara Amerika Serikat dan Panama pada tahun 1977. Ditandatangani pada 7 September 1977, perjanjian itu mengakui Panama sebagai kedaulatan teritorial di Zona Terusan tetapi memberi Amerika Serikat hak untuk terus mengoperasikan.
Satu lagi kebijakan yang gila yang dibuat olehnya yakni berencana mendeportasi jutaan imigran ilegal yang berdomisili di Amerika. Sampai kini sudah hampir 20 ribu yang dideportasi dan ada yang dikirim ke Panama melalui pesawat milter AS.
Bukan deportasi saja, Trump mengeluarkan kebijakan soal tax yang tinggi untuk 3 negara masing-masing Mexico (25 persen), Canada (25 persen), China (10-15 persen) bahkan akan dinaikan lagi.
Belum lagi Trump berencana mengambil alih Greenland tapi gagasannya itu ditentang sejumlah negara di wilayah Balkan.
Padahal, Trump belum 100 hari bekerja namun kebijakan spekakuler dan fenomenal dilakukannya. Atas pekerjaannya itu dia dinobatkan menjadi pemimpin nomor 1 terpopuler di dunia versi majalah Times.
Kesuksesan di awal pemerintahnnya ini tak lepas dari peran sejumlah Menteri dikabinetnya antara lain Menteri Luar Negeri (Menlu) Marco Rubio, Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem, Menteri Efesiensi Anggaran Elon Musk, Menteri Keuangan Scott Bessent sampai Menteri Pertahanan Pete Heggeth.
Saya pikir Presiden Prabowo juga melakukan sejumlah hal seperti Trump yakni pemotongan atau efesiensi anggaran mencapai Rp325 triliun dan ditargetkan dalam 3 tahun ini akan tembus Rp750 triliun. Hal ini pula di lakukan Vietnam dan Argentina di bawah kepemimpinan Javier Milei.
Salah satu keberhasilan utama Trump yakni akan menghentikan pertempuran antara Rusia-Ukraina. Dan genjatan senjata akan terjadi beberapa hari ke depan.
[***]