SECARA pribadi dan sebagai bangsa, patut ucapkan selamat kepada Donald Trump yang sukses memenangkan pemilihan Presiden AS, dan baru saja dilantik. Selamat juga kepada warga AS yang telah memilih presiden barunya. Semoga Trump dengan kabinetnya sukses memimpin AS empat tahun ke depan.
Dari pidato yang sempat disaksikan di salah satu tv swasta, Trump, Presiden ke 45 AS, lebih banyak bicara tentang kepentingan AS dan mimpi-mimpi untuk ke depan. Di depan ratusan ribu massa yang berjubel di Capitol Hill, Trump lebih banyak bicara tentang bagaimana Amerika 4 tahun ke depan dengan pembenahan ke dalam.
Nampaknya semangat nasionalisme Trump sangat kental, seperti yang dijanjikan saat kampanyenya, ‘Makes America Great Again’. Tema dan isu yang dianggap menggerakan publik Amerika sehingga mampu menyedot suara pemilih untuk menghantarkannya ke ‘White House’.
Semangat dan nasionalisme Trump ini adalah antitesa atas globalisasi dan pasar bebas yang banyak melahirkan ketimpangan dan keuntungan segelintir pelaku ekonomi.
‘The Spirit of Trump’ ini patut di acungi jempol. Dia buktikan dengan niat membatalkan TPP (Trans Pacific Partnership) yang diinisiasi Obama dan juga NAFTA (North America Free Trade Agreement).
Trump juga peringatkan Cina salam soal dagang, soal mata uang dan strategi “Satu Cina” yang dikeluarkan PKC dan soal Laut Cina Selatan. Bahkan ancam hapus kebijakan Satu Cina yang sudah diberlakukan Beijing itu.
Soal urusan luar negeri AS, di bawah pemerintahan baru ini, Trump sudah memberhentikan sejumlah besar dubes AS. Tercatat ada 80 duta besar untuk negara, lembaga, dan lainnya ‘dipecat’ sekaligus oleh Trump. Dan tentunya akan diganti dengan orang-orangnya. Apakah ini strategi Trump benahi persoalan luar negeri nya? Atau ada strategi lain? Hanya Trump yang tahu.
Terkait dengan kondisi Indonesia kini. Saat pelantikannya, tidak terlihat pejabat atau perwakilan Indonesia di Capitol Hill. Hanya Harry Tanoe yang nampak. HT, panggilan akrab Harry Tanoe, pemilik MNC TV memang konco bisnis lama Trump.
Istana Merdeka sendiri tidak di undang dalam inaugurasi ini. Apakah karena selama ini rezim Jokowi dianggap antek Cina oleh Trump, publik bisa nilai sendiri, apa yang sudah terjadi antara Jakarta-Beijing di bawah Jokowi selama ini.
Ada hal menarik soal Islam dan kaum Muslim, dimana Trump terlihat sangat keras. Saat kampanye, serangan-serangan soal Islam sangat gencar dan mendapat kritikan pedas dari tokoh-tokoh Islam Amerika dan dunia.
Bisa saja itu karena isu terorisme dan beberapa kejadian di dalam negeri Amerika di bawah Obama. Kekerasan sikap Trump soal Islam, bisa diakibatkan karena ketidaktahuannya soal Islam secara komprehensif dan fenomena kaum Muslim dunia yang berjuang menegakkan hak dan menuntut keadilan di berbagai belahan dunia.
Trump harus tahu, doktrin esensial Islam itu, damai, ‘peace’. Islam bukan penebar ketakutan atau teror. Islam cinta damai. Islam bawa pesan persaudaraan dan juga cinta kasih.
Peperangan yang terjadi karena kaum Muslim harus membela diri dan hak-haknya. Seperti di Palestina dan di sejumlah negeri Muslim lainnya. Jadi tidak perlu Trump memusuhi Islam dalam kebijakan pemerintahannya.
Alhasil, melalui catatan kecil ini, penulis berharap pemerintahan Trump ke depan, meski sukses dan kuat, tapi jangan semena-mena, mau menang sendiri dan menjadi adidaya bagi yang lain. Bumi, langit dan seisinya ini adalah anugerah Tuhan buat semua.
Selamat dan sukses buat Om Trump dan Tante Melanie ya. Sukses juga Warga Amerika, jangan bakar-bakaran lagi ya. ‘God bless we all’.
Oleh Muslim Arbi, Gerakan Aliansi Laskar Anti Korupsi