KedaiPena.com – Pengelolaan kurban secara baik dipercaya mampu meningkatkan aspek ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga perlu direncanakan suatu rantai ekonomi berbasis kurban, untuk memastikan nilai uang yang berputar dapat dinikmati oleh yang membutuhkan.
Deputi I Bidang Pengumpulan Zakat, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Arifin Purwakananta menyebutkan kurban awalnya hanyalah ritual ibadah. Tapi mulai tahun 1994, mulai digeser ke wacana sosial hingga budaya. Dan mulai tahun 2010, ibadah kurban mulai digeser menjadi aspek ekonomi.
“Dan bukan hanya kurban saja, tapi rangkaian ibadah secara keseluruhan dapat mengembangkan aspek ekonomi dalam membangkitkan kesejahteraan umat. Berdasarkan kajian BAZNAS, ada sekitar Rp31 triliun yang berputar saat ibadah kurban, pada tahun 2022,” kata Arifin dalam seminar Ekonomi Kurban Paska Pandemi di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Selasa (21/6/2022).
Angka itu, lanjutnya, tercatat meningkat 47 persen dari tahun 2021, yang terdiri dari 1 juta ekor kambing dan 521 ribu sapi.
“Ini bukan angka yang kecil. Karena itu perlu dicari kebermanfaatannya bagi umat yang membutuhkan,” imbuhnya.
Ia menyebutkan, jumlah hewan ternak yang dipotong mengalami kenaikan setiap tahunnya.
“Pertanyaannya adalah, ibadah kurban ini siapa yang mendapatkan ‘kue’nya. Kalau dulu, yang beli di kota, dipotong di kota. Sementara banyak sekali daerah yang memelihara hewan kurban tapi tak mendapatkan dagingnya sama sekali. Itu lah yang ingin kita rubah, bagaimana produksi, distribusi dan konsumsi secara keseluruhan, bahkan hingga global,” paparnya.
Ibadah kurban pun akan diproyeksikan menjadi bagian penyelesaian masalah. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi daerah tertentu hingga modernisasi pelaksanaan kurban yang tak terinterupsi oleh pandemi atau gangguan lainnya.
“Dengan perubahan pelaksanaan kurban, kita tak hanya memberdayakan peternak kecil tapi juga merubah pola ketersediaan hewan kurban yang sehat dan hasil kurban yang terdistribusi ke daerah membutuhkan dengan masa kelayakan daging yang lebih lama,” paparnya lagi.
Lebih jauh, diharapkan kedepannya akan terbangun sistem peternakan yang mampu mempertahankan peternakan rakyat menjadi sentra pemberdayaan dan menjaga ketahanan pangan.
“Selain itu, yang kami sasar adalah perpindahan perputaran uang dari kota ke desa, dari sentra ekonomi ke daerah yang membutuhkan perputaran ekonomi. Termasuk juga, merubah bentuk hewan kurban hingga mampu meningkatkan kebermanfatan kurban tersebut,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa