KedaiPena.Com – Republik Georgia, atau Sakartvelo dalam bahasa Georgia, merupakan negara pegunungan dengan pemandangan yang sangat indah.
Letaknya dikelilingi oleh pegunungan Kaukasus yang agung serta memiliki banyak sungai yang bermuara di Laut Hitam dan Laut Kaspia.
Kota Tbilisi merupakan ibukota negara ini. Bahasa nasional mereka adalah Georgia Sirilik, di samping bahasa Rusia. Bahasa Georgia ditulis dengan huruf mkredeli.
Wilayahnya, di sebelah utara berbatasan dengan Rusia, di sebelah barat daya dengan Turki, di sebelah selatan dengan Armenia dan sebelah timur dengan Azerbaijan.
Negara ini memiliki luas wilayah 69.700 km. Republik Georgia memiliki iklim yang moderat dan hangat.
Nama Georgia diberikan oleh para penduduk Eropa Barat. Ini disebabkan orang suci Katolik (santo), St. George berasal dari daerah tersebut.
Orang-orang Georgia sendiri menyebut diri mereka sebagai Kartvelebi. Jumlah penduduk sekitar 4.677.401 orang.
Terdapat beraneka ragam suku di negara ini, antara lain Georgia, Azeri, Armenia, dan Rusia. Agama mayoritas Kristen Ortodoks (83,9%), disusul Islam (10%) dan agama lainnya 7% Georgia pernah dikuasai Arab, Persia, Turki dan Rusia.
Perkembangan Islam di Georgia
Islam pertama kali masuk Georgia pada abad ke-8 Masehi ketika bangsa Arab menduduki Tbilisi selama 4 dekade, dan menjadikannya sebagai ibukota Emirat Islam (Nisba’at-Tiflisi).
Pada tahun 1122, King David IV berhasil merebut kembali kota Tbilisi dan dijadikan ibukota kerajaan Kristen Georgia.
Pada abad ke-16 dan ke-17, Islam kembali berkibar di Georgia, ketika Kerajaan Ottoman Turki dan Safavid Iran mengalami zaman keemasan.
Mayoritas merupakan penganut paham Suni (mazhab Hanafi dan Syafi’i) dan sebagian kecil penganut paham Syi’ah.
Saat Uni Soviet mencengkeram Georgia dengan ajaran komunisme, Islam di Adjara mengalami kemunduran pesat.
Tekanan yang diterima penganut Islam semakin menjadi-jadi setelah perang dunia kedua. Sehingga banyak praktek agama Islam yang ditinggalkan oleh generasi muda.
Setelah Uni Soviet runtuh, Kristen merebut peluang untuk memurtadkan mereka. Tokoh politikus Muslim yang merupakan mantan presiden otonom Adjara, Aslan Abashidze, adalah salah satu korban dari pemurtadan tersebut.
Sejak saat itu pembangunan masjid terhambat. Saat ini hanya terdapat 1 masjid di kota Batumi, padahal gereja berdiri kokoh sebanyak 14 buah.
Di Abkhazia, pemeluk Islam berasal dari Turki yang biasa disebut Mohajiroba. Islam terusir dari Abkhazia ketika Uni Soviet menguasai Georgia pada tahun 1860.
Sebagaimana di Adjara, banyak Muslim Abkhazia yang murtad ke Kristen. Puncaknya ketika Uni Soviet berkuasa di Georgia tahun 1866-1902, sebanyak 21.236 Muslim beralih ke Kristen.
Di wilayah Meskhetia, populasi Muslim berasal dari Turki yang masuk ke daerah tersebut pada abad ke-16.
Pengaruh Turki sangat kuat, sehingga mereka tidak mau menggunakan nama-nama Georgia bagi keluarga mereka, karena nama-nama Georgia berarti Kristen.
Selama perang dunia kedua, banyak warga Muslim Turki yang dideportasi ke negara asalnya. Jumlahnya sekitar 100.000 orang.
Mereka mulai kembali ke Georgia pada tahun 1969, berlanjut tahun 1989 dan dilanjutkan di bawah koordinasi pemerintah Georgia melalui Ministry of Refugees and Settlement pada tahun 1994.
Jika ditinjau dari etnis, banyak Muslim di Georgia berasal dari Turki, Azeri, Avar, Tatar, Kazakh, Uzbek dan Tajik. Etnis-etnis inilah yang mewarnai kehidupan Muslimin di Georgia, di samping penduduk asli Georgia sendiri.
Tradisi Ramadan
Untuk menyambut datangnya bulan Ramadan, Muslim Georgia di bagian timur yang menganut paham Sufi (Nagsabandiyah dan Qadiriyah), dengan suka cita menyelenggarakan tradisi Nisfu Syakban.
Ini merupakan kegiatan doa bersama di pertengahan bulan Syakban, menjelang lima belas hari datangnya bulan Ramadan.
Dilansir dari buku ‘Jejak Ramadan Berbagai Negara’ karangan Nurul Asmayani dan kawan-kawan, sebelum membaca doa Nisfu Syakban, terlebih dahulu mereka melaksanakan shalat sunah dua rakaat (shalat sunah Nisfu Syakban).
Shalat ini dilakukan seusai shalat sunnah rawatib setelah magrib. Pada rakaat pertama, setelah membaca Al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat Al-Kafirun Sedangkan pada rakaat kedua, sesudah Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlas.
Setelah selesai mengerjakan shalat sunnah Nisfu Syakban, dilanjutkan dengan membaca surat Yasin sebanyak tiga kali, dengan niat sebagai berikut
A. Pada bacaan surat Yasin yang pertama, diniatkan untuk memohon usia atau umur yang panjang dan bermanfaat. semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
B. Pada bacaan surat Yasin yang kedua, diniatkan memohon rezeki yang halal, banyak dan barakah, untuk bekal ibadah kepada Allah SWT.
C. Pada bacaan Yasin yang ketiga, diniatkan untuk memohon keteguhan iman. Kemudian dilanjutkan dengan membaca doa untuk memohon dilimpahkan rezeki, panjang umur dan minta dihindarkan dari keburukan serta marabahaya.
Walaupun sebagai agama minoritas, saat Ramadan tiba, Muslim Georgia menjalankan ibadah puasa dengan penuh rasa syukur. Mereka juga melakukan sahur layaknya Muslim di belahan bumi lainnya.
Tarawih juga dilakukan berjamaah di masjid, meskipun jumlah masjid sangat sedikit dan letaknya jauh dari lokasi tempat tinggal mereka.
Semangat untuk meningkatkan keimanan dan mendekatkan diri kepada-Nya, membuat mereka selalu memaksimalkan segala amal ibadah selama bulan Ramadan.
Ketika memasuki sepuluh malam terakhir Ramadan, mereka juga melakukan itikaf di masjid. Menjemput datangnya malam yang dijanjikan, malam Lailatul Qadar. Begitu pun menjelang berakhirnya Ramadan, para Muslimin Georgia menunaikan zakat, baik zakat fitrah serta zakat mal (zakat harta).
Idul Fitri Penuh Tradisi
Saat Idul Fitri menjelang, para Muslimin Georgia bersedih karena harus berpisah dengan bulan Ramadan yang penuh kemuliaan.
Di sisi lain, ada rasa gembira karena telah melalu bulan barakah tersebut dengan gemilang dan berharap bisa bertemu Ramadan di tahun yang akan datang.
Empat hari sebelum Idul Fitri, Muslim Georgia mulai membersihkan rumah dan kandang hewan. Kegiatan bersih-bersih berlangsung hingga sehari sebelum lebaran.
Jika keuangan memungkinkan, mereka akan menyiapkan pakaian baru, perabot baru, dan aneka bahan makanan.
Di malam Idul Fitri, kesibukan para wanita semakin bertambah dengan menyiapkan aneka masakan khas Georgia. Ketika masakan sudah siap, anak-anak diberi tugas untuk mengantarkan makanan tersebut ke rumah kerabat dan tetangga.
Kegiatan saling bertukar makanan ini sudah menjadi tradisi mereka setiap malam Idul Fitri.
Pagi hari Idul Fitri, dengan wajah berseri-seri mereka saling menyapa dalam perjalanan ke masjid. “Assalamu’alaikum, semoga Allah menerima amal ibadah kita.”
Bergegas mereka yang belum membayar zakat fitrah membayarnya di pos khusus pengumpulan zakat. Lalu semuanya khusyuk mengikuti shalat Idul Fitri.
Usai shalat, semua anggota keluarga berkumpul di rumah dan saling meminta maaf. Sajian makanan istimewa akan terhidang di siang hari. Dilanjutkan dengan ziarah ke makam keluarga dan tokoh-tokoh Muslim setempat.
Di hari fitri tersebut juga diadakan festival. Aneka tarian musik, nyanyian tradisional khas Muslim Georgia ditampilkan penuh kegembiraan. Anak-anak terhibur dengan atraksi ayunan. Festival ini berlangsung hingga malam.
Meskipun Muslim merupakan minoritas, namun perayaan Idul Fitri tetap berlangsung dengan meriah di sana.
Laporan: Muhammad Rafik