KedaiPena.com – Flores Timur mengguncang jagat tanah air setelah menjadi tempat pembukaan gelar balap sepeda, Tour de Flores 2016. Terlebih, ini merupakan gelaran bertaraf internasional‎ pertama yang dihelat di Indonesia bagian timur.
Kabupaten Flores Timur bisa dibilang sukses menjadi tuan rumah pembuka. Persiapan matang dan gelora masyarakat menjadikan pembukaan berjalan lancar dan ‎meriah. Keceriaan wajah penduduk lokal menyapa wisatawan menjadi tanda keramahan mereka. ‎
‎
Pepohonan yang tumbuh asri menghijau turut mengugurkan bayangan khalayak bahwa ‎Flores gersang dan tandus. Keramaian warga juga menghapus stigma Larantuka (Ibukota Flores Timur) sebagai kota mati yang jarang penduduk.
Suasana semakin meriah kala panitia menggelar ajang Festival Budaya Flores Timur. Seluruh perwakilan kecematan tumpah ruah mengirim delegasi untuk memamerkan keindahan seni budaya lokal.‎ Tak ayal, malam sebelum pembukaan di Taman Kota Larantuka penuh dengan antusiasme warga yang berbondong-bondong datang.
Tertawa, hikmat, dan riuh menjadi pemandangan yang memukau di malam Festival Budaya. Seolah mereka menaruh harapan akan adanya perubahan bagi perbaikan nasib.
Wisatawan berdatangan, sehingga bisa mendatangkan banyak peluang kerja. Artinya, mereka bisa memperbaiki perekonomian keluarga.‎
Namun sayang, harapan hanya sebatas mengingat kesejahteraan yang didapat dari pembukaan TDF 2016 ‎hanya sesaat dan tak menyentuh masyarakat Flores Timur secara keseluruhan. Beragam kendala mulai dari infrastruktur jalan hingga beragam penerimaan warga setempat terhadap wisatawan masih menggurita di Flores Timur.
Kami dari KedaiPena.Com berhasil menjelajah daerah pra sejahtera di Flores Timur. ‎Kehidupan mereka masih jauh dari kata sejahtera.
Pasalnya, kebutuhan sehari-hari seperti infrastruktur jalan, listrik, hingga air masih menjadi problema yang menggurita. Dalam tulisan bertajuk ‎”Tour de Flores 2016, ‎Ironi Bumi Larantuka”, kami akan menyampaikan hasil reportase tersebut dalam 5 Etape secara bertahap. ‎
Bersambung…
(veb)