KedaiPena.com – Jelang Tour de Flores 2016, Kabupaten Flores Timur mengadakan festival budaya lokal yang diikuti sejumlah sanggar di kabupaten tersebut.
Salah satu yang ditampilkan dalam festival ini adalah teater legenda Tonowuyo atau Dewi Padi yang dipersembahkan oleh perwakilan Kecamatan Titihena.
Legenda ini mirip dengan cerita Dewi Sri dari Jawa yang menggambarkan mengenai dewi kesuburan.
Berikut cerita lengkap legenda yang dipentaskan di Taman Kota Larantuka, Salasa (17/5) malam, tersebut.
Pada suatu hari hiduplah seorang gadis bernama Nogo Gunu yang memiliki 7 orang saudara pria. Dalam sehari-hari, 7 saudara laki-laki itu bekerja ke ladang untuk mencari bahan pangan.
Sementara Nogo Gunu berdiam di rumah menyiapkan makanan untuk para saudara-saudaranya itu.
Nogo Gunu berparas cantik dan anggun. Tak ayal, seluruh pemuda berdatangan untuk melamar Nogo Gunu. Namun sayangnya, Nogo Gunu selalu menolak lamaran yang datang.
Dalam hati kecilnya terbesit bahwa dirinya terlahir bukan untuk berkeluarga sebagaimana perempuan pada umumnya.
Hingga kemudian tibalah masa paceklik berkepanjangan yang menyerang desa. Tanaman tidak dapat tumbuh lantaran tanah yang tandus.
Berkali-kali penduduk desa berusaha menanam bahan pangan berakhir tanpa panen. Gagal panen membuat warga desa kelaparan.
Hidup mereka menjadi merana. Termasuk tujuh saudara Nogo Gunu yang mulai frustasi karena cocok tanamnya tak membuahkan hasil.
Di suatu malam, Nogo Gunu mendapati mimpi yang memintanya untuk mengorbankan diri demi kesejahteraan warga. Bisikan ini ia dapati secara terus menerus setiap malam selama masa paceklik menyerang.
Nogo Gunu kemudian mengumpulkan para saudara dan menceritakan pesan mimpinya. Ketujuh saudara tercengang. Mereka menganggap mimpi itu hanya bunga tidur semata dan meminta Nogo Gunu tidak memikirkan mimpi itu lagi.
Berselang beberapa hari kemudian, pasokan makanan mereka sudah habis. Mereka tidak bisa membuat makanan lagi. Kelaparan bercampur rasa frustasi berladang mulai menyerang mereka.
Seluruh keluarga kemudian dikumpulkan untuk berembug masalah kelaparan ini. Nogo Gunu pun kembali menawarkan solusi agar mimpinya direalisasikan.
Mengingat kondisi yang kepayahan, ketujuh saudara laki-laki itu kemudian mengamini permintaan saudara perempuannya itu.
Sementara Nogo Gunu berpesan agar setelah mati tubuhnya dipotong-potong dan disebar ke seluruh ladang yang ada.
Perintah dilaksanakan. Persiapan untuk mengorbankan Nogo Gunu sudah siap. Namun begitu, tidak ada saudara laki-laki yang mau menghunuskan parang ke leher adiknya tersebut. Sementara, Nogo Gunu memohon terus dan meyakinkan pengorbanan ini tidak akan sia-sia.
Hingga akhirnya, ada salah satu saudara yang memberanikan diri memenggal leher adiknya. Nogo Gunu mati. Ketujuh saudara pingsan tak kuasa melihat kesadisan yang telah mereka lakukan.
Perlahan mereka mulai terbangun dan mendapati adiknya terbujur kaku tak bernyawa. Mereka kemudian teringat pesan Nogo Gunu untuk memotong-motong bagian tubuhnya dan disebar ke ladang. Perintah itu dilaksanakan mereka dengan wajah terisak tangis.
Potongan-potongan kecil tubuh Nogo Gunu disebar ke penjuru ladang. Dan ajaibnya, tak lama berselang tumbuh padi di jagung ladang yang ditebari bagian tubuh Nogo Gunu. Ketujuh saudara laki-laki itu bersyukur pengorbanan Nogo Gunu tidak sia-sia. Mereka meyakini apa mimpi yang didapat Nogo Gunu adalah pesan dari yang Maha Kuasa.
Pengorbanan yang besar ini berbuah besar juga lantaran bisa membuat warga desa kembali mendapat bahan makanan. Mereka terhindar dari dahsyatnya paceklik yang terjadi.
Begitu penggalan cerita Nogo Gunu yang merupakan legenda lokal dari Flores Timur.
(veb)