KedaiPena.com – Rendahnya disiplin para pendaki gunung, terbukti telah menyebabkan tingkat kerusakan lingkungan di area pendakian meningkat. Solusinya hanya bisa dengan meningkatkan pengawasan dan penerapan sanksi secara ketat.
Tokoh Mapala Universitas Indonesia, Agam Napitupulu menyatakan kerusakan lingkungan itu bisa disebabkan oleh alam dan bisa juga disebabkan oleh manusia.
“Dari pengalaman saya mendaki puluhan gunung di Indonesia, kerusakan lingkungan gunung dan polusi sebagian besar karena tingkah laku manusia yang jorok. Sampahnya dimana-mana. Dan sampahnya tak jauh dari bungkus makanan dan kemasan minuman, baik plastik maupun kaleng, yang membutuhkan waktu lama untuk terurai. Sama sekali tidak disiplin,” kata Agam dalam talkshow Mengapa Kerusakan Lingkungan Terjadi? dalam gelaran OUTFEST 2022 di GBK Jakarta, ditulis Sabtu (6/8/2022).
Contohnya, Gunung Gede Pangrango yang memiliki jumlah lebih dari 200 tenda pada akhir minggu, yang disiplin menjaga kebersihan tak lebih dari seperempatnya saja.
“Ditambah juga dengan pembukaan jalur baru yang membuat kerusakan lahan menjadi meluas. Padahal, jalur yang aman sudah ada. Ya ini mungkin karena ingin mencari lokasi foto instagrammable, yang belum pernah diambil angle-nya oleh orang lain,” urainya.
Untuk mencegah kerusakan lingkungan, dalam hal ini wilayah pendakian gunung, Agam menegaskan selain adanya aturan, mulai dari tingkat pusat hingga lokal, perlu ada pengawasan atas penegakan aturan tersebut.
“Yang saat ini terjadi, pengawasannya itu tidak kontinyu dan melekat. Ada penjaga hutannya. Tapi naiknya tidak setiap saat, hanya sekali-kali. Seharusnya, dilibatkan masyarakat sekitar agar efektif. Tentunya, harus ada insentif yang cukup untuk masyarakat yang mengawasi. Jadi masyarakat mau untuk menjaga wilayahnya, mereka juga dapat penghasilannya,” urainya lagi.
Ia menegaskan bahwa para pendaki harus mau terlibat aktif dalam pembiayaan untuk menjaga kebersihan wilayah gunung.
“Jangan berharap ke pemerintah. Karena para pendaki ini kan sebenarnya memiliki tingkat ekonomi yang lebih makmur dibandingkan para masyarakat sekitar. Jadi, jangan protes saat ada biaya tinggi,” kata Agam.
Dan sebagai penutup, Agam menegaskan pentingnya penerapan sanksi secara ketat atas pelanggaran aturan yang ada.
“Sebagai contoh saja, warga Indonesia kalau datang ke Singapura tidak ada yang buang sampah sembarangan, tidak ada yang merokok sembarangan. Karena sudah jelas sanksinya dan pasti akan diterapkan,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa