KedaiPena.Com – Pilkada DKI Jakarta terancam tidak demokratis. Pilkada Jakarta terancam ambruk dari transisi kekuasaan secara demokratis, menjadi rentetan aksi main kayu, aksi tipu-tipu rakyat.
Celakanya, penguasa yang seharusnya menjadi suri teladan rakyat malah terkesan menjadi sumber masalah adalah gejolak sosial-politik ini. Penguasan yang terjangkit sindrom paranoid mememerkosa demokrasi demi mempertahankan ambisi kekuasaannya.
Demikian dikatakan aktivis Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) 74, Hariman Siregar di Jakarta, ditulis Jumat (10/3).
“Apa yang terjadi hari ini membuat saya merindukan Pilkada Jakarta tahun 2012 yang berlangsung demokratis itu. Di mana penyelengara, paslon, pemilih sampai penguasan bahu-membahu untuk mewujudkan kontestasi politik yang fair, beradab dan berkeadilan. Tidak ada tipu-tipu rakyat di sana, apalagi aksi main kayu ala penguasa,” tegas dia.
Sejak perhelatan Pilkada DKI Jakarta, sama-sama disaksikan, aparat keamanan seolah-olah berubah menjadi tim pemenangan kandidat dengan menggembor-gemborkan kasus-kasus hukum kandidat penantang petahana.
“Ada yang dipanggil ke kantor polisi, ada yang dihantam pemberitaan negatif berbasiskan pernyataan aparat hukum. Tujuannya jelas, untuk menjatuhkan elektabilitas para penantang petahana,” jelas dia.
Hariman kemudian berujar, inilah pilkada paling memalukan dalam sejarah ibukota Indonesia. Demokrasi diperkosa, moralitas dibunuh ambisi kekuasaan. Para pelakunya mengenakan topeng tanpa dosa, seolah-olah tidak tersangkut dalam distorsi kedaulatan rakyat ini.
“Akibatnya, jika dahulu, pelacuran kebenaran adalah perbuatan nista, kini pelaku malah dielu-elukan sebagai pembela demokrasi, sebagai pejuang hukum,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh